Dua tahun berlalu. Al tumbuh menjadi anak yang aktif dan sangat menggemaskan dengan pipi chubbynya. Maklum saja, kedua orang tuanya juga seperti itu. Saat ini Al sedang bermain mobil-mobilan kesukaannya. Al sangat menyukai miniatur-miniatur mobil dalam segala bentuk, apalagi kartun Car.
Al sedang bermain mobil lambo favoritnya di dekat dapur agar Prilly yang sedang memasak bisa memantau Al. Sedangkan Ali tengah bersiap hendak berangkat shoot.
"Pagi sayang." Ali turun dari tangga dan langsung menghampiri serta mencium kening Prilly singkat.
"Pagi," balas Prilly dengan senyum tipisnya.
"Kamu masak apa nih hari ini? Wangi banget aromanya. Jadi males kerja kan kalau gini, jadi pengen sama kamu terus, " kata Ali sambil menaruh dagunya di pundak Prilly yang sangat lihai di dapur.
"Hari ini masak tumis kangkung sama nugget ayan ala aku." Prilly mematikan kompornya dan membalikkan tubuhnya. "Kamu suka? Pengen?"
"Aku mah apapun yang kamu masak pasti suka. Kan enak. Jadi ketagihan."
"Nanti aku samperin kamu di lokasi ya. Mumpung nggak terlalu jauh nih lokasi kamu."
"Nggak usah sayang. Aku nggak tega biarin kamu nyetir sendiri. Biar nanti kalau aku break aku pulang ya."
"Kasian kamu tau. Kamu kan udah capek kerja. Masa bolak-balik terus sih. Aku juga kangen tau sama idola aku. Kak Mila. Pleaseeee...." Prilly memasang wajah cemberut andalannya. Memang semenjak beberapa bulan yang lalu Prilly akrab dengan Jessica Milla yang kerap kali menjadi lawan main Ali.
Ali menghela napas. Kalau sudah begini. Ali tidak bisa nolak. "Tapi kamu nanti sama Pak Murry ya, biar aku ke sananya naik mobil sendiri."
"Oke sayang. Makasih." Pilly mencium pipi Ali karena senang.
Ali mengacak rambut Prilly gemas. Walaupun telah menjadi ibu-ibu, wajahnya tetap menggemaskan seperti remaja.
Tiba-tiba saja Ali merasa ada yang memeluk kakinya erat. Saat dia menoleh ke bawah ternyata Al lah yang memeluknya.
"Papa mau kemana? Al mau ikut," ucap Al dengan wajah sedihnya. Selalu seperti ini saat Ali akan berangkat kerja.
Ali pun menggendong Al dan memberinya pengertian. "Papa mau kerja sayang. Nanti mama nyusul kaya minggu kemaren kok."
"Benel? Nggak boyong?" ucap Al yang lidahnya masih cadel, namun terkesan menggemaskan.
"Kapan sih papa sama mama bohong. Bohong itu nggak boleh. Yaudah. Papa kerja dulu ya, Al. Jangan lupa mamanya dijagain." Ali mengacak rambut Al yang mulai tumbuh setelah beberapa hari lalu dipotong.
Prilly mengambil alih Al di gendongan Ali. "Sini, Al sama mama dulu. Papa mau cari uang buat beli mainan Al."
"Aku berangkat ya, sayang." Ali mengecup kembali kening Prilly dan Al.
"Ati-ati papa." Al ikut melambaikan tangannya bersama Prilly.
***
"Kak milaaaaa!! Aaa kangen banget." Antusias Prilly ketika di lokasi yang langsung bertemu dengan Milla. Milla pun membalas pelukan hangat Prilly.
"Apa kabar? Udah lama banget kita nggak ketemu. Tumben banget kamu kesini? Ini Al kan? Udah gede aja ternyata." tanya Milla.
"Kabar baik, kak. Alhamdulillah, iya ini Al. Al, kamu salim dulu sama tante." Al pun menuruti perkataan mamanya. Sambil tersenyum Al juga menyambut tangan Milla. Milla yang gemas dengan tingkah Al langsung menggendong Al dan menciumi wajah Al bertubi-tubi hingga Al merasa geli.
KAMU SEDANG MEMBACA
Please, Marry Me!
HumorTernyata benar. HATTERS itu adalah penggemar yang tertunda. Aku membencinya, mungkin karena dia selalu wara-wiri di televisi. Sepertinya televisiku ini sudah dipenuhi oleh satu nama; Aliando Syarief. Tapi siapa sangka, setelah aku bertemu denganya...