Sesampainya dikelas, Githa bengong ngeliatin hampir separuh isi kelas udah ga ada.
"Git!" seru Marsha, obrolannya dan Bima terhenti setelah melihat kedatangan Githa.
"Anak-anak pada kemana?" tanya Githa heran.
"Darimana sih Git, udah jam segini juga. Untung Pak Rahmad ga masuk," omel Bima.
"Hehehe, kesiangan Bim. Kamu tumben dikelas ga ke ruang osis?"
"Nyindir Git?" dengus cowok itu kesal, "Hari ini kan terakhir belajar aktif, senin kita udah UAS. Ga ada lagi kegiatan Osis, nanti lanjut semester depan."
Mata Githa langsung berbinar mendengar kabar itu, "Asyik, malam ini jadi ngumpul dong?"
"Belajar kali Git, mau ujian juga." cetus Marsha.
"Marsha sayang, dengar ya. Mereka itu tiap malam belajar sampe larut, lagian otaknya juga otak olimpiade, jadi refreshing semalam ga bakal bikin nilai mereka jatuh kan?" jawaban Githa itu membuat Marsha dan Bima tertawa.
"Iya sih, udah lama ya kita ga ngumpul. Nanti aku bilangin Azka deh."
Marsha tersenyum, "Akhirnya, aku capek tau tiap malam minggu dengerin curhatan Githa tentang kesibukan kalian. Sampe ga bisa pacaran,"
"Lho kamu udah punya pacar Sha?" tanya Bima.
Kali ini Githa yang menjawab, "Dih udah lama kali Bim. Makanya jangan ke ruang Osis terus. Marsha kan pacaran sama Dito."
"Oh, si kapten futsal? Boleh juga Sha," goda cowok itu. Yang digodain cuma senyam senyum.
"Bim, laper deh," rengek Githa tiba-tiba.
"Ya udah hari ini ke kantin aja yuk Git, udah lama ga ngobrol sama kamu." ajak Bima yang langsung disambut antusias Githa.
"Ga bisa nolak deh, hehe, Yuk Sha!"
Tapi Marsha menggeleng, "Enggak dulu deh, masih kenyang. Aku mau baca novel aja dikelas."
"Ya udah kami pergi dulu ya Sha." pamit Githa, lalu mengikuti Bima.
*
Di kantin, Githa dan Bima seperti teman lama yang baru saja bertemu kembali.
Padahal mereka sekelas dan rumahnya pun cuma beda tiga rumah. Susah emang kalo temenan sama orang sibuk.
"Bim, nanti bekalnya gimana?" tanya Githa sambil mengunyah baksonya.
"Pelan-pelan kali Git makannya. Telan dulu baru ngomong." tegur Bima, "Nanti kasihin ke Azka aja."
"Ya udah nanti biar aku yang kasihin."
Bima tiba-tiba terdiam sebentar, seperti ragu ingin mengatakan sesuatu.
"Eh Git."
"Iya?"
"Akhir-akhir ini Azka agak aneh,"
"Hah? Aneh gimana?" Githa heran, orang dia jarang banget bisa ketemu Azka, emang ada yang berubah ya dari cowok bandel itu?
Tadi pagi Githa tidak sempat terlalu memperhatikan.
"Iya, sekarang dia kurusan, terus kantong matanya tebal banget. Kayak kurang tidur."
Githa berdecak kesal, kebiasaan deh Bima. Over perhatian.
"Yaelah Bim, mungkin itu karena latihan band, terus malemnya begadang belajar, makanya kurang tidur."
"Ya tapi hidupnya jadi ga sehat Git. Ga suka aku liatnya. Kamu ingetin lah jangan telalu diforsir. Biasanya dia kan dengerin kata-kata kamu"
"Iya, iya bawel nanti aku bilangin ke si bandel." jawab Githa pendek.
Bima mengusap kepala Githa gemas, "Jangan lupa anterin bekalnya."
"Iya Bima Pras, bawel deh."
"Oh iya, mau bilang, kamu cantik deh kalo rambutnya digerai."
"Eh?"
*
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] SEVENTEEN ✔
Teen Fiction*BOOK ONE* [⚠ CHAPTER AKHIR DI PRIVATE] Bagi cewek-cewek di sekolahnya, Agitha itu cewek paling beruntung. Gimana enggak? Cewek tomboy itu punya tiga sahabat cowok yang jadi idola di sekolah. Mereka ga tau aja ada saatnya, Githa ingin juga di posisi...