Githa setengah berlari menuju depan kelasnya yang tampak lengang.
Dengan nafas terengah-engah ia duduk di kursi panjang depan kelasnya, mengeluarkan kaca dan merapikan rambutnya yang berantakan.
Ia mendengus melihat wajahnya yang memerah karena berlari, sekaligus emmmh karena malu.
Sedikit menyesal karena menolak keinginan Marsha yang ingin mendandaninya tadi.
Gadis itu menoleh kekanan dan kekiri, tapi tak tampak sosok bandel itu.
"Ih mana sih tu anak," gerutunya kesal, ketika berbalik dari arah ujung koridor tampak Azka yang juga berlari kecil menghampirinya dengan cengiran khasnya.
"Duh kok jadi gugup gini sih," batin Githa, ia memalingkan wajahnya ketika Azka sudah tiba dihadapannya.
Entah mengapa sekarang tali sepatunya terlihat sangat menarik.
"Git," panggil Azka pelan, ia berdiri didepan Githa tepat, namun gadis itu masih menunduk.
Azka menggaruk kepalanya yang tak gatal, padahal ia udah mempersiapkan diri untuk hari ini, tapi kok masih gugup juga ya.
Cowok itu tiba-tiba mengangkat dagu Githa, "Git aku mau ngomong,"
Wajah Githa sukses merah padam, dengan jengah ia menepis pelan tangan cowok itu.
"Ngomong apa?" suaranya tercekat, berusaha menetralkan degup jantungnya.
Azka terkekeh melihat wajah gadis itu, sebenarnya hari ini ia nekad saja bernyanyi diatas panggung itu, dan juga nekad untuk aksinya hari ini.
Walaupun belum sepenuhnya tahu apakah perasaanya akan berbalas, tapi melihat tingkah Githa malam ini sepertinya ia sudah tahu jawabannya.
Cowok itu berlutut didepan Githa, dan menggenggam kedua tangannya.
"Apasih geli banget," dengus Githa, tapi mau tak mau tersenyum.
Azka ikut tersenyum lebar, sekarang kepercayaan dirinya meningkat tajam.
"Shakilla Agitha Irham, aku gatau sejak kapan perasaan ini muncul. Perhatian aku sebagai seorang sahabat kekamu pelan-pelan menjadi sayang. Sahabatku dari masih pake popok. Tetanggaku yang bawel, suka nyubit, suka ngambek, suka nangis ga jelas, tapi gemesin," Azka memberi jeda akan ucapannya, ia terkekeh melihat Githa yang wajahnya sudah tak keruan.
"Aku sayang sama kamu lebih dari seorang sahabat Git, dan aku mau hubungan kita lebih dari sebelumnya. Mau ga kamu jadi pacar seorang Azka Reynand?" tanya Azka akhirnya.
Githa akhirnya berani menatap mata Azka tepat, cowok ini, sahabatnya yang bandel dan tengil, dan entah sejak kapan pula Githa menaruh perhatian lebih dari kedua sahabatnya yang lain.
Azka Reynand, yang Githa cintai dalam diam, hari ini menyatakan cintanya dengan cara yang sangat Githa tak pernah sangka sebelumnya.
Baru ia akan membuka mulutnya, Azka memotongnya.
"Kamu tau ga rahasia dari surat-surat kosong aku?" tanya cowok itu.
Githa menyernyit lalu menggeleng.
"Iya kamu pasti udah buang semua surat itu kan Git?" Azka tampak kecewa, tapi Githa tertawa geli.
"Semua surat kamu aku simpan di laci. Jadi apa rahasianya?"
Senyum Azka kembali merekah, "Yuk pulang, kita liat rahasianya bareng,"
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] SEVENTEEN ✔
Teen Fiction*BOOK ONE* [⚠ CHAPTER AKHIR DI PRIVATE] Bagi cewek-cewek di sekolahnya, Agitha itu cewek paling beruntung. Gimana enggak? Cewek tomboy itu punya tiga sahabat cowok yang jadi idola di sekolah. Mereka ga tau aja ada saatnya, Githa ingin juga di posisi...