Azka menggenggam tangan Githa sampai depan rumah cewek itu sebelum akhirnya melepaskannya.
"Dingin ya Git, cepetan sana masuk." perintah cowok itu. Ia sudah akan berlari untuk pulang ketika tiba-tiba Githa menahan tangannya.
"Maaf ya Ka." ucap cewek itu pelan.
Alis Azka sedikit terangkat melihat tingkah cewek itu, ia pun tak dapat menahan senyumnya.
"Alah santai Git, maafin juga tadi aku ketus ya." tanpa sadar tangan cowok itu mengusap kepala Githa yang masih menunduk.
Githa menggeleng cepat, ia menatap Azka dan dengan ragu berkata,
"Oleh-olehnya," ia tampak ragu melanjutkan.
"Kenapa Git? Udah tau mau nitip apa? Cokelat?" tanya Azka sekarang cowok itu sudah tersenyum lebar, rasa jengkelnya tadi menguap entah kemana.
"Aku mau surat." cewek itu ikut tersenyum, "Tapi surat yang ada tulisannya ya Ka, jangan kertas kosong doang."
Azka tertawa keras, kembali ia mengusap kepala cewek itu. Ada-ada aja si Githa, malah minta surat. Tak pelak cowok itu mengangguk.
"Iya deh, nanti kamu aku bawain surat dari Swiss."
Githa kembali tersenyum, "Udah sana balik, nanti kamu masuk angin Ka."
"Oke, good night Git."
*
Tak terasa ujian semester telah lewat, liburan pun dimulai. Kemarin Azka pergi ke Swiss bersama Papanya. Sedangkan Bima hari ini akan berangkat ke lombok dengan teman-temannya sesama anak osis.
Rencananya Githa dan Shaka yang akan mengantar Bima ke bandara. Sekarang mereka bertiga sedang berkumpul dikamar cowok itu.
"Udah siap semua kan Bim? Ga ada ketinggalan? Charger?" Githa sok ikut repot memperhatikan barang bawaan Bima.
"Lengkap Git. Udah aku check semua. Semoga ga ada yang ketinggalan." jawab Bima.
"Udah Git, Bima tu teliti kok, ga ceroboh kayak kamu." ledek Shaka tanpa mengalihkan pandangannya dari hape, cowok itu sekarang sedang keranjingan main game di handphonenya.
Githa sudah akan melempar Shaka dengan bantal, ketika pintu kamar Bima terbuka.
"Udah siap Bim? Kok belum berangkat?" ternyata Tante Irna, Mama Bima yang datang mengecek keadaan anaknya.
"Iya Ma, ini tinggal ditutup kopernya." jawab Bima, dengan segera ia menutup kopernya yang berwarna hitam, warna favoritnya.
"Nanti dianter Shaka sama Githa aja kan? Mama ada arisan jam 2 sayang."
Bima mengangguk, "Iya Ma, gapapa kok. Kan Bima pergi cuma seminggu doang." Lagian males kalo teman-teman yang lain tau dia dianter Mama ke bandara, batinnya.
"Ya udah, mama tunggu dibawah ya." kemudian Tante Irna meninggalkan mereka.
"Tiket udah kan Bim?" tanya Githa tiba-tiba, yang dibalas anggukan cepat Bima.
"Git, udah dibilang Bima tuh ga kayak..." belum sempat Shaka menyelesaikan kalimatnya, sebuah bantal telah mendarat ke wajahnya.
*
Di bandara, ada 5 orang teman Bima yang telah menunggu. Mereka ini cowok-cowok yang setipe dengan Bima, anak organisasi banget. Ditambah Bima, mereka tinggal menunggu dua orang lagi.
Ketika Shaka sedang mengobrol dengan Gio dan Dimas, yang juga anggota basket, Bima dan Githa menuju Starbucks untuk membeli minuman.
"Azka ke Swiss, kamu ke Lombok, Shaka juga minggu depan bakal ke Singapore, terus aku selama dua minggu liburan bakal tetap disini, jaga kandang," gerutu Githa sebal.
Bima tertawa, "Minggu depan aku pulang kok Git, nanti kita main bareng deh, ke semua tempat yang kamu mau. Bakal aku anterin." hiburnya.
Githa mendengus, "Ga seasyik kalian tapi."
"Pasti asyik kok kalo perginya berempat," kedip Bima.
"Pokoknya kamu mesti bawa oleh-oleh yang banyak Bim,"
"Iya, iya bawel." Bima mengacak-acak rambut Githa. "Eh Git, selama aku ga ada jangan kesepian ya."
Githa menoleh, "Hah? Paan sih Bim." ia meninju bahu cowok itu.
Bima hanya tertawa pelan, "Haha, ya udah yuk balik." Dengan santai ia menarik tangan Githa dan menggandengnya.
Cewek itu hanya menurut, dan mengikuti langkah Bima. Ia memandangi tangannya yang berada di gandengan Bima, dan tersenyum.
*
"Mbak Sarah beneran udah dilamar Shak?" tanya Githa histeris. Dalam perjalanan pulang, tiba-tiba Shaka bercerita kalau kakaknya baru saja dilamar pacarnya, dan akan segera menggelar lamaran resmi dalam waktu dekat ini.
"Ngapain juga aku pake bohong Git." tukas Shaka tetap fokus pada jalanan.
"Ya ampun, ga nyangka ya. Akhirnya Mbak Sarah sama Mas Nino bakalan married." mata gadis itu berbinar. "Terus kapan acaranya?"
"Ga tau, mungkin habis pulang dari Singapore nanti."
"Semester baru nanti dong Shak?"
"Kayaknya."
Githa melirik Shaka, irit banget sih ngomongnya si Shaka ini. Padahal Githa udah antusias, berasa kakaknya yang dilamar. Akhirnya sepanjang perjalanan pulang, Githa hanya diam sambil memainkan game di hapenya.
*
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] SEVENTEEN ✔
Teen Fiction*BOOK ONE* [⚠ CHAPTER AKHIR DI PRIVATE] Bagi cewek-cewek di sekolahnya, Agitha itu cewek paling beruntung. Gimana enggak? Cewek tomboy itu punya tiga sahabat cowok yang jadi idola di sekolah. Mereka ga tau aja ada saatnya, Githa ingin juga di posisi...