"Whoaah!? Sughoi!!", Naruto takjub melihat Hinata yang langsung dalam sekali tenggak menenggak isi gelas tersebut.
Malam itu tawa Hinata tak seolah kembali. Menyingkirkan beberapa masalahnya dulu ternyata tak buruk.
Mencoba mengendalikan rasa sesak yang selama ini tak menentu kedatangannya.Naruto melirik pergelangan tangannya yang terlingkari arloji digital warna hitamnya. 22.15.
Ia menatap Hinata yang sudah menyandarkan kepalanya diatas meja Cafe.
Meracau entah apa isi racauannya.
"Nona. Dimana rumah mu? Mau kantar pulang kah?", ujar Naruto yang masid sadar.
Daya tahan tubuhnya memang hebat. Padahal dari 3 botol Vodka itu, ialah yang paling banyak menghabiskannya. Namun ia memang sudah terbiasa dengan alkohol jadi tak masalah baginya.
"Ngh~ biarkan aku tidur sebentar sasu~", sahut Hinata tanpa sadar.
Naruto tertegun saat Hinata mengucap nama Sasuke walaupun dalam lelapnya.
Hatinya mendadak seperti tertusuk. Senyum pahit ia lontarkan kearah Hinata.
Ia hanya bisa meringis saat tau bahwa masih ada ruang kecil khusus untuk Sasuke dalam diri Hinata.
Naruto mengangkat tubuh Hinata perlahan lalu menggendongnya dipunggungnya setelah ia meletakkan kartu kredit platinum miliknya di meja kasir.
Mengambilnya lagi setelah transaksinya selesai, lalu kembali menggendong Hinata kelua Cafe.
"Jangan sebut namanya jika bersama ku. Bisakah?", gumamnya pelan sembari berjalan.
"....."
Tak ada sahutan apapun selain dengkuran halus Hinata dipunggung kekarnya.
Naruto menggeleng pelan. Memaksa dirinya untuk terus sadar akan posisinya.
'Kau baru saja berteman dengannya bodoh! Jangan meminta hal yang aneh aneh ttebayou!' Innernya menyentak.
Karena ia tak tau alamat tempat tinggal Hinata, Naruto berinisiatif membawa Hinata ke apartement miliknya.
Kondisinya membuatnya khawatir akan lebih baik jika ia beristirahat dulu dan menyadarkan dirinya terlebih dahulu lalu pulang.
Naruto kini memasuki loby apartement-nya lalu menyapa beberapa security disana.
"Selamat malam Namikaze san", ucap salah satu security didepannya.
"Ah! Malam Ebisu. Bisa bantu aku?", tanya Naruto pelan.
"Baik tuan.", angguk Ebisu tersebut.
"Tolong bukakan pintu rumahku! Aku kesulitan disini ehehehe..", ujar Naruto sembari terkekeh pelan.
Naruto dan Ebisu serta Hinata memasuki lift dan Naruto menekan tombol angka 18.
Pintu lift terbuka.
Mereka berjalan kedepan sebuah pintu bernomor 118 diatasnya.Ebisu mengambil kunci yang Naruto berikan lalu menempelkan ibu jari Naruto dipanel dekat pintu tersebut.
Pintu terbuka. Naruto dan Hinata pun masuk kedalam.
"Ebisu tunggu sebentar!", teriak Naruto pelan dari dalam rumahnya.
Ia keluar setelah meletakkan Hinata diranjangnya dengan membawa sebotol whiskey dan beberapa bungkus rokok serta makanan.
"Jangan kau minum sendiri ya? Hehe.. terima kasih atas bantuan mu ebisu san!", ujar Naruto santai sembari memberikan bingkisan itu pada Ebisu.
"Saya yang harusnya berterima kasih Namikaze san. Ini sangat berguna untuk hangatkan tubuh", ujarnya sembari ojigi setelah menerima bingkisan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sin's [COMPLETE]
FanfictionMenjadi wanita pendiam itu serba salah. Menjadi wanita yang selalu ditindas itu serba salah juga. Hinata bingung harus menjadi seperti apa agar dia bisa dihormati oleh siapa pun orang di luar sana, termasuk keluarganya. Padahal dia selalu menjadi...