Tapak kaki besar berlapis boot itu menapaki anak tangga menuju lantai dua didalam bangunan megah kediaman Hyuuga. Dengan santai ia me-reload handgun ditangan kanannya sembari menyenandungkan beberapa irama lagu.
Langkahnya terhenti didepan sebuah pintu berbahan jati besar berukir megah berwarna cokelat dihadapannya."Hmn~ inikah singgasananya?",
Dengan mantap ia membuka pintu tersebut dengan tangan kirinya dan handgun yang siaga di tangan kanannya, mengintip kedalam ruangan berhias senyuman aneh pada wajahnya.
"Gotcha~",
Seringainya melebar kala mendapati sosok yang ia cari tengah duduk diatas sebuah kursi didalam ruangan tersebut yang ternyata adalah ruang kerja milik seseorang.
PSIU!!
KINCRING!Sebuah peluru melesat menembus dahi orang yang duduk membelakanginya itu.
BRUGH!!
Adrenalin terlepas disetiap aliran darahnya, senyumnya makin melebar menikmati sensasi setelah letusan dari pistolnya berbunyi tepat bersamaan dengan pelurunya yang menembus tengkorak kepala orang dihadapannya yang sudah ambruk bersimbah darah.
"Saatnya pulang~",
Setelah bergumam, ponselnya bergetar menandakan panggilan masuk.
'Sudah selesai?',
"Yah tentu saja, aku akan segera kembali tenang saja", jawabnya enteng.
Sebuah siluet dibelakangnya berusaha mengamati dari jarak yang lumayan dekat berusaha mengambil celah.
'Jangan sisakan satupun, termasuk sang Pangeran.'
"Wakatta ne~", menyadari ada orang dibelakangnya, Menma menyiagakan pistolnya dan membidik tanpa menengok.
PSIU!!
CRING!Kembali, lesatan peluru mengenai siapapun itu orang yang ada dibelakangnya yang tak siap dalam mengambil ancang-ancang.
BRUGH!!
Kepalanya memutar kearah belakang dan menatap tubuh bersimbah darah itu lalu berdecak kesal.
"Ck... aku kena sial apa sih? Oh, Sas ku hubungi lagi nanti ya? Perburuan ini mulai menyebalkan buatku.. jaa!", disudahinya sepihak panggilan tersebut dan berderap tergesa menelusuri lagi kedalam kediaman Hyuuga tersebut.
"Tuan muda... anda bisa pergi se.. karang...", rintih seseorang yang bersimbah darah didepan pintu ruangan tersebut.
Tak lama kemudian, pintu lemari besar terbuka perlahan, menunjukkan sesosok pria berambut panjang berwarna cokelat menyembul keluar.
Arah matanya tertuju pada sosok yang jatuh tak jauh kursi yang beberapa saat lalu didudukinya. Mata rembulannya berkaca-kaca menatap jasad ayahnya yang sudah mulai kaku memejamkan kedua matanya.
Flashback on
"Kau harus segera pergi dari sini, orang itu makin menggila dibawah sana.. cari adikmu lalu lindungi dia.. aku percaya ada sesuatu dibalik ini semua.. cepat!", Hiashi yang masih tak percaya dengan apa yang bawahannya sampaikan mulai merasa panik.
Neji yang baru saja pulang dari misi kunjungannya dari Belgia merasa bingung. Kediaman mereka disambangi seorang pemuda yang dengan membabi buta menembaki hampir semua penjaga dan ART yang ada didalam dan diluar rumah.
"Aku tak akan meninggalkan ayah, aku akan tetap menyelamatkan Hinata. Ayah harus ikut dengan ku!!",
PSIU!!
PSIU!!
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sin's [COMPLETE]
FanfictionMenjadi wanita pendiam itu serba salah. Menjadi wanita yang selalu ditindas itu serba salah juga. Hinata bingung harus menjadi seperti apa agar dia bisa dihormati oleh siapa pun orang di luar sana, termasuk keluarganya. Padahal dia selalu menjadi...