Kepala bersurai lebat kelam itu tersandar dilapisan tipis sebuah kaca yang memberikan pemandangan sinar bulan yang memantul menyinari seluruh wajah dan tubuhnya. Lelehan bening mengalir menetes melewati setiap inci kulit sewarna susu miliknya.
"Apa akan berakhir seperti ini? Oh... kami-sama...",
Kelopak matanya menutup mengerat seolah tak kuat lagi akan kesedihan dan rasa sakit yang tengah ia tanggung sendirian. Sesaat setelah bergumam, perut buncitnya menonjol seolah ada sesuatu yang mencoba menyemangatinya dari dalam sana. Senyuman miris seraya mengelus lembut permukaan kulitnya, Hinata mendapatkan energi baru yang tetap membuatnya merasa lebih tenang.
"Sabar ya sayang... Tou-san sedang menuju kesini untuk kita... terima kasih sudah menemani kaa-san...",
Lagi-lagi lelehan bening mengalir melalui sudut matanya meluncur melewati luka lebam dan bibirnya yang membengkak. Meringis menahan sakit, Hinata tetap tersenyum.
***
Ishikawa Yuuri
Presents
**
The Sin's
***Audi hitam berisi tiga orang pemuda itu terhenti didepan sebuah rumah. Rumah traditional didaerah Kansai.
Naruto kembali meyakinkan dirinya sendiri untuk tetap bertindak rasional dan berkepala dingin. Sai dan Gaara menatapnya menunggu kepastian akan tindakan selanjutnya."Sai... aku mohon bantuanmu...", ujar Naru mantap seraya membuka pintu mobil.
Sai mengangguk paham diikuti Gaara yang juga sudah membuka pintu disebelahnya.
Langkah tegap Naruto menuju pintu gerbang dari rumah tersebut membuat Gaara teringat akan sesuatu."Dobe.. jika didalam terjadi sesuatu, aku ingin kau yang berdiri di jajaran pengkremasi." Raut datar yang seolah tersirat sesuatu, Gaara tunjukan agar mereka tak akan mundur lagi.
"Tenang saja, aku yang akan memasukkan mu ke oven raksasa itu, jadi... aku mohon bantuanmu dattebayou!", senyum lebar secerah matahari itu kembali menghiasi wajah Naruto.
'Sungguh cara aneh untuk sekedar mengatakan "jangan mati sobat!" Dua orang ini', inner Sai yang sembari menggelengkan kepalanya.
Bel dibunyikan.
Sebuah suara terdengar melalui intercom.
'Dare?',
"Saya ingin bertemu dengan seorang Uchiha", sahut Sai.
'Sudah buat janji?',
"Ya." Jawabnya mantap.
Pintu gerbang terbuka perlahan menampakkan isi dari rumah megah berarsitektur tradisional tersebut. Seorang pria berambut panjang seleher menyambut kedatangan mereka didepan pintu.
"Konbanwa, Itachi-san". Ujar Sai seraya membungkuk sopan dihadapan pria itu.
"Hn, silahkan masuk." Sahut Itachi mempersilahkan mereka masuk.
Flashback
"Sai, apa kau yakin Hinata ada disana?", tanya Naru sembari menyetir.
Sai menopang dagunya dengan tangan kirinya seolah berpikir.
"Dia satu-satunya Uchiha yang dipercaya nyonya Tsunade, Itachi-san tak akan mengkhianati kepercayaan Nyonya." Sahut Sai.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sin's [COMPLETE]
FanfictionMenjadi wanita pendiam itu serba salah. Menjadi wanita yang selalu ditindas itu serba salah juga. Hinata bingung harus menjadi seperti apa agar dia bisa dihormati oleh siapa pun orang di luar sana, termasuk keluarganya. Padahal dia selalu menjadi...