Cahaya matahari lembut menyeruak masuk melalui sela-sela gorden berwarna oranye dibalik jendela balkon berukuran sedang.
Menerpa dua wajah yang saling berhadapan dengan mata terpejam.
Lengan tan kekar memeluk posesif punggung mulus seputih susu. Kening mereka saling menempel bertemu seakan tak rela jika terpisah barang seinci pun.
Kernyitan pelan terpatri diwajah si wanita sesaat karena agak silau dengan sinar matahari yang menerpa sekilas wajahnya.
Amethyst itupun akhirnya terbuka perlahan.
Menampakan sorot datar penuh luka.
Menatap kedua Saphire didepannya yang masih terpejam.
Diangkatnya lengan kanannya menyentuh sisi kanan wajah tan didepannya itu.
Sedikit meringis karena risih tidurnya terganggu, kedua Saphire itu terbuka perlahan.
Menabrak lurus sepasang Amethyst yang menatapnya lembut.
"Ohayou... hime...", ujarnya membuka obrolan.
"Ohayou.. mo.. Naruto kun..", sahut sang wanita dengan senyum yang terkesan dipaksakan walau sedikit.
Sang pria tan masih menatap lembut wajah wanita didepannya ini dengan senyum khas miliknya.
Makin mengeratkan pelukan dipinggang gadis itu.
Seringai nampak sekilas dari bibirnya. Merasakan lekuk polos tubuh wanita yang tengah dipeluknya kini.
Sensasi malam tadi masih tersisa dalam kepalanya. Bagaimana sensasi itu bisa mengalahkan sensasi morfin saat masuk kedalam tubuhnya.
Aroma khas pagi ia resapi dalam-dalam di inderanya.
Lavender samar-samar menyatu dengan sisa keringat mereka yang tercetak jelas diatas seprai kasurnya.
Lengan kekarnya terangkat menuju pucuk kepala wanita didepannya itu seraya mengusap pelan surai indigonya.
"Aku sangat mencintaimu.. aku tak main-main semalam saat memintamu jadi pendampingku...", ucapnya terputus sembari menunggu respon wanita didepannya itu.
"Dan aku.. masih menunggu jawaban mu.. anata..", ucapnya lagi sembari tersenyum.
Sang wanita nampak terdiam. Ia berfikir sejenak saat akan ingin mengeluarkan kata-kata.
Pelariankah?
Atau..
Ia bisa jadi obat atas luka-luka yang ia alami?
Semua itu masih berada dalam pertimbangannya kini. Entah harus beri jawaban apa setelah ia melakukan 'hal' itu semalam.
Kepalanya terasa pening saat memikirkan konsekuensi dari tindakannya semalam.
Berani betul ia meluapkan amarah dan sakit hatinya pada laki-laki baik seperti dia.
Ia menjual harga dirinya agar bisa melenyapkan sakit hati yang menggerogotinya belakangan ini.
Ditatapnya lembut pria didepannya itu yang masih menungggu jawaban dari dirinya kini.
Tersenyum perlahan.
Dibukanya bibir ranum itu hendak mengeluarkan suaranya.
"Aku bersedia.. Naruto kun..", agak parau memang. Namun itu tulus keluar dari hatinya yang terdalam.
Dengan setengah terkejut, Natuto tersenyum lebar lalu memeluk secara keseluruhan tubuh mungil wanita itu.
"Arigatou... hime...", ujarnya senang bukan main.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sin's [COMPLETE]
FanfictionMenjadi wanita pendiam itu serba salah. Menjadi wanita yang selalu ditindas itu serba salah juga. Hinata bingung harus menjadi seperti apa agar dia bisa dihormati oleh siapa pun orang di luar sana, termasuk keluarganya. Padahal dia selalu menjadi...