Saphire biru itu menatap punggung mungil yang berjalan menuju pintu sembari menyeret sebuah kopor dengan tatapan pasrah. Lelehan bening mengalir melewati kelopak matanya yang sewarna madu.
"Hime, aishiteru yo...",
Ia menelungkupkan wajahnya lalu berteriak sekencang mungkin, membuat seseorang dibalik pintu apartemen megah tersebut sedikit bergetar karena kaget sembari bersandar dikayu tipis pembatas keberadaan mereka berdua.
Ishikawa_Yuuri
Present
**
The Sin'sSebuah gelas kristal bertengger diantara jemari jemarinya, berisikan cairan kecokelatan dengan beberapa blok es batu didalamnya. Sebuah lagu mengalun dari mp3 musik playernya ditengah ruang tamunya yang tanpa sekatan hingga ke meja bar mini miliknya.
'Semua tak sama, tak pernah sama... apa yang kusentuh... apa yang kukecup..'
Ditandaskan kembali cairan kecokelatan tersebut. Alunan lagu dari musisi asal negara Indonesia itu mengalun sendu terdengar ditelinganya.
'Sehangat peluk mu.. selembut belai mu.. tak ada satupun yang mampu menjadi sepertimu...'
Kilas balik terputar berulang dalam isi kepalanya dan hatinya yang berkecamuk sekarang. Bahkan cairan panas yang tengah melewati tenggorokannya tak mampu menghilangkan dahaganya akan kehadiran Hinata.
'Mencoba tuk melawan.. getir yang terus kukecap, meresap kedalam relung sukmaku.. mencoba tuk singkirkan aroma nafas tubuhmu, mengalir melaju darahku...'
Ditatapnya layar ponselnya yang memampang sebuah wajah. Wajah wanita yang beberapa waktu ini telah mengisi kembali kekosongan hatinya, dan berjuang bersamanya menghadapi masa lalu pahit mereka dengan saling mengisi satu sama lain.
Diusapnya layar datar ponselnya, membuka menu kontak dan mencari sebuah nomer dengan nama Hina_Hime tertera disana.
Ditekannya sebuah simbol gagang telepon berwarna hijau untuk melakukan panggilan.Nada sambung terdengar.
Namun tak ada jawaban.
Hatinya semakin sakit saat kembali alunan lagu dari musisi kenamaan itu memainkan bagian klimaks dari lagunya, mengingatkan dirinya akan situasi yang tengah ia alami saat ini.
"Onegai.. angkatlah..", tatapannya menyendu seiring suaranya yang bergetar menatap wajah cantik dilayar ponselnya.
***
Sebuah ketukan halus terdengar dipintu jati berukiran bunga lotus bercat putih itu, membuatnya bersusah payah bangkit dari ranjangnya setelah ia meletakkan ponselnya dibawah bantal.
"Hinata?", panggil sebuah suara dibalik pintu itu.
"Ya?", sahut Hinata seraya membuka slot kunci dipintu kamarnya.
Sebuah wajah pria paruh baya muncul dibalik bilah pintu yang terbuat dari kayu jati itu, rambut cokelat panjang dengan netra sewarna mutiara yang sama dengan milik Hinata. Senyum lembut menyambut kedatangan pria tersebut seraya Hinata mempersilahkannya untuk masuk.
"Tou-sama, ada apa? Kenapa belum tidur? Apa Tou-sama belum mengantuk?", tanya Hinata seraya duduk dihadapan ayahnya.
Hiashi Hyuuga.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sin's [COMPLETE]
FanfictionMenjadi wanita pendiam itu serba salah. Menjadi wanita yang selalu ditindas itu serba salah juga. Hinata bingung harus menjadi seperti apa agar dia bisa dihormati oleh siapa pun orang di luar sana, termasuk keluarganya. Padahal dia selalu menjadi...