"Kita hanya teman, tapi aku ingin lebih. Aku ingin memberikan hatiku kepadamu dan aku ingin kamu jadi milikku. Aku hanya ingin menjadi diriku sendiri ketika kamu berada di dekatku. Aku ingin bersandar padamu.. Aku ingin kamu... Aku mencintaimu."
********
Happy reading! ^^
💝💝💝💝💝💝💝💝💝💝💝💝
SOFIE POV
Hari berganti hari sampai tak terasa dua minggu sudah ku lalui menjadi sekretaris Nino. Dan saat ini aku sedang makan malam bersama Nino di salah satu tempat makan di Kemang.
"Sof, aku ingin bicara sesuatu denganmu," ucap Nino sembari menarik tanganku dan menggenggamnya.
Aku terkejut dengan tindakannya kepadaku. "Mau bicara apa No, sampai pegang tanganku segala? Kamu membuatku jadi gugup."
Nino menatapku. "Sof, sebenarnya sudah lama aku ingin mengatakannya sejak kita sekelas dulu, tapi kuurungkan niatku. Dan sekarang, aku tidak akan melepaskanmu lagi. Aku menginginkanmu karena aku mencintaimu. Will you be my lady?" ungkap Nino kepadaku.
Aku tertegun sesaat. Dari dulu aku mengenal Nino, dia adalah orang yang suka bercanda. Jadi ini seakan hanya lelucon yang sedang dibicarakannya. Tapi sepertinya Nino tidak bercanda kali ini, karena aku tidak melihat itu dalam dirinya. Aku bisa melihat keseriusan di tatapan mata Nino.
"Tapi, No, aku..," jawabku ragu karena tidak tahu harus menjawab apa kepadanya. Degup jantungku semakin kencang.
"Please, jangan menolakku." Nino semakin menggenggam erat tanganku. "Sebenarnya aku sudah menyukaimu waktu di sekolah. Hanya saja waktu itu kamu sedang menjalin hubungan dengan kakak kelas yang sok kecakepan itu."
"Ha-ha-ha." Aku refleks tertawa mendengarnya. Rasa gugupku jadi hilang seketika karena guyonan Nino. "Evan maksudmu? Tapi saat itu kan dia memang dicap sebagai lelaki populer di sekolah, masa kamu lupa?" sahutku membenarkan.
"Ya, terserah. Dari dulu kan kamu selalu membelanya."
Aku kembali tertawa. "Bukan begitu. Aku bicara apa adanya," tepisku.
"Jadi sekarang, kamu maukan menerimaku?" tanya Nino kembali mengeluarkan mimik serius kepadaku sambil menatapku.
"Kita baru ketemu belum lama, apa tidak bisa kita saling mengenal dulu, No?" tanyaku.
Nino menggeleng. "Kita bisa saling mengenal seiringnya waktu berjalan. Intinya kamu tidak boleh menolakku," jawabnya dengan tegas.
"Terus kalau begitu, ngapain kamu tanya aku lagi?" Aku pun terkikik. "Dari dulu kamu memang tidak berubah. Harus selalu ikut semua keinginan kamu."
"Tuh tahu!" Nino tersenyum kepadaku. "Jadi kamu mau kan jadi pacar aku?" tanyanya memastikan.
"Apa perlu ku jawab tidak?"
"Tidak berarti iya! Oke, mulai hari ini kamu adalah wanitaku," ucapnya sambil mencium punggung tanganku.
Aku hanya geleng-geleng kepala. Mengenai masalah perasaan ku kepadanya sih, aku tidak membencinya, tapi tidak juga mencintainya. Aku hanya menyukainya sebagai teman. Tapi, aku akan mencoba membuka hati untuknya dan belajar mencintainya. Mungkin berjalannya waktu aku bisa mencintai Nino.
*******
Seminggu kemudian...
Aku dan Nino sudah membicarakan dan memutuskan kalau selama di kantor dan jam kerja, kami akan bersikap profesional layaknya atasan dan sekretaris. Tapi, setelah jam kantor selesai ataupun di luar kantor, kami adalah sepasang kekasih. Ku lakukan itu karena aku tidak mau karyawan di sini menggosipkanku yang tidak-tidak. Alhasilnya, seminggu ini tidak ada yang tahu aku dan pemilik perusahaan besar ini menjalin hubungan.

KAMU SEDANG MEMBACA
You Are My Destiny (ON HOLD)
RomanceBiarlah aku mencintai dengan caraku sendiri. Cinta dalam diam. Cinta yang tak harus memiliki. Aku cukup senang bersama 'Dia', walaupun hanya ku lihat dari sela-sela kebersamaanya bersama sahabatku. Tapi tidak kusangka hari demi hari yang ku lewati...