14. Pertanyaan dan Jawaban.

302 22 58
                                    

"Tak ada hal paling indah selain sebuah perjumpaan setelah melewati penantian yang panjang, kapankah hari itu tiba duhai kasihku? Aku menunggu jawabannya."

*****


Happy reading! ^^

💗💖💗💖💗💖💗💖💗💖💗💖💗

ALAN POV

Keesokkan harinya, setelah aku membuka mataku, aku langsung bersiap untuk mengunjungi Panti Rehab kembali. Aku sudah sangat penasaran akan pertanyaan-pertanyaan yang bergejolak dalam pikiranku untuk minta dijawab. Tanpa sarapan, aku langsung pergi menuju ke panti tersebut. Dalam perjalananku, aku mengirim pesan ke Mamaku, memberitahukannya bahwa aku kembali ke panti dan telat untuk pulang ke rumah.

Karena waktu masih pagi dan jalanan sangat sepi, aku tiba di tempat tersebut tidak sampai satu jam. Aku langsung keluar dari mobil dan berjalan untuk menemui Bude Ratih di ruangannya tempat biasa dia singgah.

"Bude..!" panggilku sambil mengetuk pintu yang tertutup. Namun, tidak ada jawaban dari Bude Ratih.

Apa mungkin dia belum bangun? Aku melirik ke jam tanganku untuk melihat waktu. Bisa jadi Bude masih tidur karena waktu masih menunjukkan pukul tujuh kurang. Aku memutuskan tidak melanjutkan mengetuk pintu, tapi aku langsung berjalan menuju ruangan Tante Alya.

Tok! tok! tok!

Aku mengetuk pintu dengan pelan sambil memanggil, "Tante Alya...!" 

Karena aku tidak mendengar ada jawaban dari dalam kamar. Aku pun mencoba membuka pintu tersebut dengan perlahan sambil berkata, "Permisi, Tante..."

Saat pintu terbuka agak lebar, Aku melihat Alya sedang duduk sambil menyender di ranjangnya dengan tatapan lurus ke depan, tapi yang kulihat tidak ada tanda-tanda kehidupan di sorot matanya. Aura mata yang gelap menyirat bagi siapa saja yang melihatnya. Aku pun yakin, Tante Alya tidak akan sadar kalau diriku sedang berjalan masuk menghampirinya. Perlahanku mendekati dirinya dan duduk di pinggir ranjang sambil menatap wajah sembabnya.

Aku membuka suaraku dengan pelan, "Tante, ini Alan. Apa Tante masih mengenal Alan?" tanyaku.

Alya tidak menjawabnya dan masih diam tidak bergeming.

"Yang dulu tinggal di sebelah rumah Tante, teman main Anna." Saat aku melanjutkan perkataanku menyinggung nama Anna, ada respon darinya. Perkataan ku itu membuat kedua mata Tante Alya dan wajahnya bergerak menuju arahku duduk.

"Anna..," desis Alya pelan. "Anna, anakku." Mata Alya langsung melirik ke kanan dan ke kiri. "Mana anakku? Di mana dia?" Tiba-tiba ia berteriak histeris ke diriku. "MANA ANAKKU? MANA ANNA?" Kini giliran Alya mengguncang lenganku sambil mengerang. "MANA DIA? KAMU MENCULIKNYA KAN?" ANNA!!!" serunya sambil menangis.

Aku langsung memeluk Tante Alya sambil menenangkannya. "Tenang, Tante..," desisku yang ikut-ikutan menangis karena melihat ibu dari wanita masa laluku menjadi seperti ini. Jiwa dan mentalnya benar-benar terganggu dengan sebab yang tidak ku ketahui. Kini pertanyaan yang mau ku ajukan ke Tante Alya, jadi kuurungkan karena memang sudah tidak berguna. Aku sudah mengetahui jawabannya dulu sebelum aku bertanya.

Namun, aku benar-benar membutuhkan sebuah jawaban. Dan aku benar-benar tidak tahu kepada siapa lagi yang bisa menjawab pertanyaanku itu. Ditambah sekarang pertanyaanku bertambah lagi. Kenapa Tante Alya menjadi seperti ini? Sepertinya aku harus ekstra sabar untuk mencari tahu semua jawabannya.

Setelah Tante Alya menjadi tenang dalam dekapanku, ku lihat kedua matanya semakin meredup dan dia tertidur. Aku pun hanya bisa mengelus rambut Tante Alya sambil berpikir apa yang akan aku lakukan sekarang dan ke mana aku harus memulai mencari tahu?

You Are My Destiny (ON HOLD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang