8. Kepercayaan

273 25 90
                                    

"Kepercayaan adalah perekat kehidupan. Itu adalah bahan utama dalam melakukan komunikasi yang efektif. Itu adalah prinsip dasar yang mencakup semua hubungan"

*****

Happy reading! ^^

💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕

Setelah kedatangan dua tamu tak diundang dan masuk tanpa sopan-santun, akhirnya acara makan siang mereka bertiga diselesaikan dengan pinjam kekuatan superhero dari The Flash. Tidak ada sampai sepuluh menit mereka sudah selesai makan dan sekarang Nino dan Alan sedang berhadapan dengan seorang wanita yang berstatus sebagai mantan pacar Nino.

Kanna dan Sofie tidak ikut berada di dalam ruangan karena memang yang ada keperluan itu adalah Caroline.

"Sebenarnya ada perlu apa kau ke sini?" tanya Sofie yang berdiri tidak jauh dari samping pintu

"Bukan urusanmu, Upik!" jawab Kanna dengan ketus. Kanna baru menyadari bahwa ternyata Sofie kerja di perusahaannya Nino. "Jadi kau menjalin hubungan dengan atasanmu sendiri?"

Sofie memutar bola matanya jengah karena males meladeni ucapan Kanna yang sebentar lagi pasti berubah menjadi hinaan atau sindiran.

"Ah, atau jangan-jangan kau sudah tidur dengannya demi bisa diterima bekerja di sini?" sindir Kanna.

Benarkan?

Dan sindiran Kanna kali ini membuat tekanan darah Sofie naik sampai ke ubun-ubun kepalanya. Dia selalu menerima hinaan Kanna, tapi kali ini menurutnya, hinaannya benar-benar melewati batas kesabarannya. Ia refleks melayangkan tangannya untuk menampar wajah Kanna.

Plak!

Kanna memegang pipinya sambil memicing tajam ke Sofie. "Beraninya kau menamparku, Upik?!" Tatapan Kanna yang penuh dengan amarah.

"Itu agar kau bisa menutup mulutmu yang seenaknya itu!" sahut Sofie dengan ketus.

Tiba-tiba pintu ruangan Nino terbuka, dan Caroline keluar ruangan bersama dengan Nino dan Alan.

"Aku tunggu kabar baik darimu, No," ucap Caroline sambil mencium pipi Alan beserta Nino, dan Sofie melihatnya.

"Ya, baiklah. Nanti akan ku kabari lagi," jawab Nino tanpa membalas kecupan Caroline.

Caroline pun berpamitan dengan Nino dan Alan, lalu berjalan menghampiri Kanna dan Sofie. "Yuk, Na!" ajak Caroline ke Kanna.

Kanna pun berjalan mengikutinya sambil mengumpat kepadaku. "Awas kau nanti!" rutuknya pelan ke arah Sofie.

Sofie tidak menyahutinya lagi karena tahu maksud gertakannya itu. Sudah pasti Kanna akan mengadu ke induknya. Ia sudah pasrah akan hukuman yang akan diterimanya nanti. Setelah kepergian Caroline maupun Kanna, Sofie berjalan menyusul Nino dan Alan yang berjalan masuk ke dalam ruangan.

*****

SOFIE POV

Setelah masuk ke ruangan, ku lihat Alan berjalan menuju sofa dan duduk di sana, sedangkan Nino berjalan menuju arah mejanya. Aku sendiri berjalan menuju ke arah mejaku.

Cukup lama keheningan terjadi di ruangan. Tidak ada dari mereka berdua yang mau bersuara setelah pertemuan singkatnya dengan Caroline. Nino yang sudah kembali bergelut dengan pekerjaannya, Alan yang sedang memejamkan mata untuk mengistirahatkan dirinya sejenak. Lalu, dengan aku sendiri? Aku hanya diam saja sambil memandangi mereka berdua.

Aku memandangi Alan sejenak yang tertidur di sofa. Ku pikir dia memang butuh istirahat dari pekerjaannya. Bagaimana pun juga Alan adalah seorang pengusaha yang sama seperti Nino, banyak kesibukan melandanya. Hanya saja Alan berbeda dengan Nino. Alan selalu melakukan semuanya sendiri tanpa sekertaris di sisinya. Mungkin lain kali aku akan menganjurkan ke Alan untuk mengrekrut seorang sekertaris untuknya.

You Are My Destiny (ON HOLD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang