9. Caroline dan Alan

314 25 40
                                    

"Aku hanya bisa mengagumimu dalam diam, aku tidak bisa mengungkapkan semua rasa yg ada di hati ini. Gengsi? bukan, tapi aku sadar diri aja dengan statusku"

*****

(Mulmed Caroline ⬆)

Maaf, ini part ku publish ulang karena habis direvisi.

Happy reading!^^

💖💖💖💖💖💖💗💖💖💖💖💖

ALAN POV

Saat ini aku sedang menyender di sofa ruangan sahabatku sambil memejamkan mataku sejenak karena rasa lelah yang menyelimutiku. Dan tidak terasa sudah beberapa menit ku pejamkan, aku baru teringat akan pekerjaanku. Aku harus survei proyek terbaruku. Aku langsung membuka mataku dan membangunkan paksa tubuhku, lalu meregangkan otot-otot leherku yang sangat kaku dan pegal.

Setelah itu aku melihat ke Nino yang masih sibuk dengan pekerjaannya, ya masalah yang sedang dihadapinya memang sedang berat. Aku pernah menghadapinya dan itu tidak akan selesai hanya dalam satu hari saja. Sudah kubiarkan saja, Nino juga pasti butuh ketenangan.

Lalu mataku beralih ke Sofie. Sedang apa dia?

Ku lihat dirinya seperti orang yang sedang frustasi yang terkena hutang banyak. Dia geleng-geleng kepala? Sebenarnya apa yang terjadi padanya sih? Aku pun beranjak dari sofa dan berjalan menghampirinya. "Kamu kenapa, Fie?" tanyaku kepadanya.

Sofie menengadah ke arahku. "Alan?"

Ku lihat dia tersenyum lebar, senyuman yang selalu menjadi candu bagiku.

"Tidak apa-apa, An." jawabnya atas pertanyaanku tadi.

Aku mengernyitkan dahiku sambil menatapnya karena dia menatapku dengan tatapan yang aku tidak mengerti.

Ku putuskan untuk pamit. Aku menoleh ke Nino. "No, aku jalan dulu ya! Aku lupa harus survei proyek yang sedang ku kerjakan," pamitku.

Nino mendongak sebentar ke diriku yang sedang berdiri di samping mejanya Sofie. "Baiklah. Hati-hati, ya!" pesannya. Lalu Nino beralih menoleh ke Sofie. "Sof, antarkan Alan sampai ke lift!" perintahnya kepada Sofie.

"Baik," jawab Sofie. "Yuk, An!" ajaknya kepadaku.

Aku dan Sofie akhirnya keluar ruangan meninggalkan Nino sendiri. Dalam perjalanan menuju lift, Sofie tiba-tiba memanggilku.

"An..!" panggilnya sambil menghentikan langkahnya.

Aku menoleh dan ikut berhenti. Aku memutar tubuhku untuk berhadapan dengannya. "Ya, Fie?" jawabku.

"Hem..," dehem Sofie. Ku lihat dia sedang menunduk sambil memainkan jari-jarinya. "Anu, An.., aku mau minta bantuanmu kalau boleh."

"Minta bantuan apa? Tentu saja dengan senang hati aku akan membantumu kalau aku bisa," jawabku.

"Ini, An, aku ingin bertanya tentang Nino. Eh, maksudku mengenai diri Nino semuanya. Aku ingin mengetahui semuanya. Karena menurutku, aku tidak tahu sama sekali tentang dirinya," pintanya.

Aku sedikit kecewa mendengar permintaanya. Ternyata ini ada hubungannya dengan Nino. Mau tidak mau aku harus membantunya. Bagaimana pun juga Sofie adalah kekasih dari sahabatku sendiri dan aku tidak boleh melewati batas diriku ke Sofie. Sudah cukup aku hanya sebagai pengagum rahasianya.

Aku tersenyum kepadanya. "Hanya itu saja?" tanyaku dan Sofie mengangguk. "Aku kira sebuah bantuan yang amat berat," ledekku kepadanya sambil terkekeh.

You Are My Destiny (ON HOLD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang