7. Keterbukaan

277 28 75
                                    

"Sampai kapanpun akan aku simpan bunga mawar ini di belakangku dan akan aku ulurkan tangan demi sebuah persahabatan"

******

💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕

SOFIE POV

Aku menatap Alan yang masih memperhatikan luka di sudut bibirku. "Aku..," Aku menyeret ucapanku sambil menepis tangan Alan. "Jangan beritahu Nino, An. Ini hanya luka kecil."

Alan terkejut dengan jawabanku. "Jadi Nino tidak tahu kamu terluka?" tanyanya.

Aku mengangguk.

"Apa aku boleh tahu kenapa kamu terluka?" tanya Alan.

Saat aku ingin menjawab, Nino sudah datang dan memotong percakapan kami. "Maaf nunggu lama."

Aku dan Alan menoleh dan langsung bersikap seperti biasa lagi.

"Yuk jalan!" ajakku. Dan kami semua masuk ke lift yang sudah terbuka.

Dalam lift, Nino bertanya kepada Alan. "Kita mau makan apa, Al?"

Dan Alan menjawab dengan bertanya balik. "Kalian mau makan apa?"

Aku langsung menjawabnya. "Aku ingin Nasi Goreng Seafoodnya Bu Asti sebelah kantor kita, bagaimana?" tanyaku.

"Bukankah lusa kemarin kamu habis makan nasi goreng spesial?" tanya Nino. "Kamu tidak bosan? Makan yang lain saja. Kan Alan yang traktir ini."

Aku menggeleng dan mengeluarkan cengiran ke Nino. "Nasi goreng adalah makanan favoritku. Lagipula nasi goreng kan banyak macam dan aku sudah mencobanya dari nasi goreng pete; nasi goreng kambing; nasi goreng biasa, lalu sekarang aku akan mencoba nasi goreng seafood. Yang belum adalah nasi goreng ikan asin. Mungkin berikutnya aku akan mencoba itu," jawabku dan kulihat mereka semua menatapku dengan tatapan terkejut.

Apa ada yang salah dengan makanan kesukaanku?

Alan dan Nino saling bertatapan. Lalu, Alan menoleh ke arahku kembali sambil menyeletukku. "Kamu suka pete?"

Aku mengangguk. "Pete bagus buat mencegah kencing manis."

Jawabanku membuat Alan dan Nino saling tertawa pelan.

"Ku pikir wanita cantik sepertimu tidak akan menyentuh makanan itu?" Kali ini Nino yang berucap dengan nada seakan menyindirku.

"Lho memang kenapa kalau suka dengan pete? Tidak ada undang-undangnya juga kan kalau wanita cantik dilarang makan pete?" cibirku balik sambil mengerucutkan bibirku.

Nino merangkul leherku. "Aku senang kamu tidak jaim. Apapun yang kamu suka, kamu harus katakan dan jangan diam-diam. Pokoknya semua kekurangan dan keburukanmu pasti akan aku terima, sekalipun kamu ngorok dalam tidur."

Mendengar Nino meledekku, ku cubit saja pinggangnya sampai dia memekik kesakitan. Sehabis itu, aku mengoceh ke Nino. "Ssshh apaan sih kamu! Kamu kali yang tukang ngorok?!" Aku menoleh ke Alan, "Benarkan, An?"

Namun, tidak ada respon dari Alan. Dia hanya diam dan membisu sambil menatap ke arahku.

"Hey, An....!" panggilku sembari menggoyangkan tangannya. "Kamu melamun?"

Alan tersadar. "Eh, maaf. Tadi kamu bilang apa?" tanyanya kepadaku.

"Lupakan saja!" Aku menggembungkan pipiku karena tidak berhasil mendapatkan pembelaan dari Alan.

Nino terkekeh geli melihatku sambil mengacak pelan rambutku.

Sesampainya di rumah makan dekat kantor, kami pun memulai acara makan siang sampai waktu menyudahi kami dan kami berpisah di depan lift.

You Are My Destiny (ON HOLD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang