13. Cemburu- Nino

310 24 46
                                    

"Hidup ini terlalu singkat untuk dihabiskan dengan seseorang yang dirimu sendiri masih bertanya apakah dia orang yang tepat untuk menjadi pasanganmu atau bukan"

*****

Happy reading! ^^

Vote dulu donk sebelum membaca. Maacih..😊

💗💗💗💗💗💗💗💗💗💗💗💗💗

"Di mana Anna, Tante?"

Ratih yang melihatnya sontak terkejut. Ia meminta Alan datang untuk membantunya, tapi sekarang dia malah membuatnya semakin takut. Ia menghampiri Alan yang makin membuat si wanita itu mendekap dirinya dan berusaha meronta-ronta mencoba menepis guncangan dari tangan Alan. Ratih memegang bahu Alan, "Nak Alan, kamu membuat dia ketakutan."

Alan pun tersadar ia telah menyakitinya. Ia menghentikan mengguncang wanita itu. Saat mau melepaskan tangannya dari sisi lengan Alya, si wanita paruh baya itu pun akhirnya kehilangan kesadarannya dan jatuh terkapar.

"Tante Alya!" panggil Alan terkejut. Dengan cepat, ia langsung mengangkat tubuh Alya dan membaringkannya ke ranjang.

Ratih melihatnya pun ikut panik. Ratih langsung mengambil ponselnya untuk menelepon dokter yang biasa menangani pasien-pasien di tempat ini.

"Ada apa dengannya, Nak Alan? Aduh Bude jadi takut nih."

"Alan juga tidak tahu. Kita tunggu dokter saja," jawab Alan.

Setengah jam kemudian, dokter pun sampai dan langsung memeriksa Alya. Ia mengecek satu persatu mulai dari kedua matanya, memeriksa denyut nadinya, tekanan darahnya, suhu tubuhnya dan semuanya untuk mengetahui sebab dari pingsannya.

Selesai mengecek detak jantungnya, ia melepaskan stetoskop pada kedua telinganya. "Dia tidak apa-apa. Dia hanya mengalami depresi dan kelelahan. Biarkan dia istirahat dulu," jelas si dokter tersebut.

"Tidak ada yang seriuskan, Dok?" tanya Alan.

"Tidak," jawab si Dokter. Dan ini resep obatnya dan ingat obat antibiotik beserta vitaminnya harus dihabiskan," pesannya sambil memberikan secarik kertas resep.

Alan menerimanya. "Baik, Dok. Terima kasih."

Dokter pun berpamitan dan keluar kamar diantar oleh Ratih.

Alan masih diam tidak bergeming sambil memandangi wanita yang sedang tertidur itu. Wajahnya masih sama saat terakhir kali ia melihatnya, hanya saja usia memakan kemudaannya, keriput menggerogoti kulit halusnya dan bawah matanya tampak hitam seperti orang tidak tidur berhari-hari.

Apa yang terjadi padanya? Kenapa dia tidak bersama Anna? Mana Anna-ku?

Rasanya Alan ingin membangunkan Alya segera mungkin dan menanyakan semua pertanyaan ini kepadanya. Tapi, Alan masih menahan dirinya untuk bersabar.

"An..!" panggil Sofie yang tiba-tiba masuk dan menyusulnya karena Alan tidak balik-balik.

Alan menoleh ke samping. "Sofie? "Tante Jihan mana?" tanyanya.

"Dia tertidur. Mungkin kelelahan karena mengobrol terlalu lama. Jadi, ku biarkan saja dia beristirahat. Aku pergi mencarimu karena kamu tidak kembali."

"Maafkan aku, Fie." Alan menunduk.

"Siapa dia, An?" tanya Sofie melihat wanita yang sedang terbaring tidak sadarkan diri.

"Dia.., dia..." Alan menyeret ucapannya karena ia bingung mau memberitahukan ke Sofie atau tidak. "Dia orang tua dari wanita masa laluku, Fie." Akhirnya Alan mengucapkannya juga. Mau tidak mau ia menjawabnya dengan jujur.

You Are My Destiny (ON HOLD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang