BAB 2

3.6K 229 2
                                    


"Kadang pertanyaan itu muncul. Kenapa harus ada pertemuan yang menyenangkan kalau ujung-ujungnya hanya diciptakan sebuah perpisahan yang menyedihkan?"

Rei masih tetap diam dan memikirkan hal yang sangat lampau di hidupnya. Ia mengingat mulai dari terakhir kali ingatannya tergali. Masa kecil yang dilaluinya. Berusaha mencari keberadaan orang yang mengaku dirinya mengenal Rei.

Sementara pria tampan di depannya dengan tatapan datar, terus memperhatikan Rei.

Yah... gadis itu makin gelisah.

"Ah, bodo amat. Gue gak kenal sama lo," ujar Rei kesal setelah membongkar-bongkar ingatannya.

"Harusnya sih gitu. Lo emang gak kenal gue banget," timpal pria itu pelan.

Rei mengerutkan keningnya. Heran.

"Gue Dafa... Rei," ujar pria itu. Mengenalkan namanya.

Dafa? Dafa siapa?

"Waktu kelas dua SD dulu, pertama kali kita masuk tahun ajaran baru. Saat itu..." Dafa memulai ceritanya.

"Lo, entah kenapa yang tiba-tiba dateng, nangis dan duduk di sebelah gue. Karena saat itu gue masih kecil, gue gak tau harus apa. Tapi, gue bawa sebungkus coklat. Dan akhirnya, gue kasih coklat gue ke lo, supaya lo gak nangis lagi," ungkap Dafa.

Rei terhenyak.

Coklat?

"Lo akhirnya nerima coklat itu. Terus lo bilang kalau lo suka banget makan coklat. Dan tanpa peduli ada gue yang duduk di sebelah lo, coklat gue lo abisin dengan rakus. Tapi gue tetep seneng, karena akhirnya lo gak nangis lagi,"

"Bentar-bentar. Lo dapet cerita itu darimana sih? Kok gue gak berasa itu ada ya?" tanya Rei yang masih berusaha mengingat dengan baik.

"Kalau lo lupa, itu wajar banget Rei. Karena lo dan gue cuman diketemuin berdua sehari itu aja," jawab Dafa."Setelah sehari itu, besoknya dan besoknya lo gak pernah masuk. Katanya lo pindah,"

Ada bunyi celetuk di otak Rei begitu mendengar kata pindah. Mengingat itu kelas dua. Berarti saat Rei menangis itu...

"Ah, ya, gue inget," ujar Rei berasa lega.

Dafa kembali menebar senyum.

"Kok lo masih bisa inget sih? Bukannya itu cuman sehari ya? Kayaknya kita juga gak kenalan deh hari itu?" tanya Rei. Entah apa yang membuat gadis itu jadi bersemangat untuk mengulas masa lalu.

"Sejak masuk SD. Entah kenapa gue berasa kenal sama lo. Sampai akhirnya kita emang dikenalkan saat kelas dua. Dan dipertemukan lagi secara tiba-tiba gini," jawab Dafa.

"Oh, ya, ngomong-ngomong, soal mobil lo, gue harus gimana nih? Gak enak juga udah nabrak mobil temen lama gue," ujar Rei membalikkan topik pembicaraan.

"Ah, soal mobil gue biarin aja. Anggep aja itu sambutan lo ke gue setelah gue kasih coklat," ujar Dafa bercanda.

Rei tertawa sejenak.

Dafa juga ikut bergabung.

Lambat laun, keduanya mulai asyik mengobrol bersama. Membicarakan segala sesuatu yang berubah sejak masa itu. Bertanya sekolah yang sekarang. Alamat rumah yang sekarang. Kabar yang sekarang. Sampai nomor hp yang sekarang. Dari masa lalu, keduanya berlarut tentang segala sesuatu tentang yang sekarang.

Tiga Belas [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang