BAB 21

955 68 0
                                    

" Terapi penyembuhan terbaik adalah persahabatan dan cinta...- Hubert Humprey"

Sabtu sore ini cuaca cukup cerah. Di malam minggu begini, Rei, yang udah pacaran sebulan harusnya melewatinya dengan date romantis. Tapi, gadis itu sedang enggan. Atau lebih tepatnya, Rei menemani mamanya di rumah.

Sabtu adalah hari khusus mamanya.

Begitu yang dipikirkan Rei. Karena cuman sabtu dan minggu mamanya libur dari kerjaan kantor. Jadi, mau tak mau, Rei memang mengikhlaskan hari itu untuk wanita yang telah melahirkannya.

Sementara masih di bawah langit sore. Anak dan ibu itu duduk di teras. Mengobrol dan tertawa sejenak sambil menikmati teh yang dibuatkan Bu Ninik.

"Rei, gimana hubungan kamu sama Dafa?" tanya mamanya menggoda.

Rei tersipu malu.

Meski mamanya udah lumayan akrab dengan pria yang telah menjalin kasmaran dengan anaknya, tapi tetep aja, mama Rei sering untuk menggodai gadis itu hingga merah. Bertanya-tanya hal romantis apa yang kira-kira anak muda lakukan di jaman sekarang.

"Baik kok ma," jawab Rei singkat.

Mama Rei tersenyum simpul.

"Kira-kira, kamu mau terusin hubungan kamu sampek mana, Rei?" tanya lagi mamanya.

Sekarang Rei jadi sedikit kikuk. Suara mamanya mulai beranjak serius. Gak seperti guyonan biasanya.

"Ma... aku kan baru pacaran sebulan," timpal Rei enggan menjawab.

"Rei, mama izinin kamu pacaran sama Dafa, tapi mama gak akan pernah restuin kamu untuk nikah sama Dafa," ujar mamanya.

Rei terkejut.

"Ha? Kok jadi nikah sih ma. Rei kan masih kelas sepuluh, lagian hubungan kayak gini juga paling berakhir dalam setahun atau lebih dikit," balas Rei.

"Mama ngapain sih, kok jadi ngomongin ginian?" tanyanya jadi risih.

Mama Rei menarik napas pelan.

"Mama cuman gak mau, kalau dewasa nanti, kamu jadi kayak mama dan papa. Anak kamu nanti jadi seperti kamu yang tersakiti. Mama cuman berharap, kamu temuin jodoh yang sejalur kepercayaannya sama kamu, Rei," ungkap mamanya.

"Papa kamu udah beri amanah sama mama, kalau kamu harus tetap berada pada keyakinanmu sejak kecil. Mama enggak akan pengaruhi kamu ke agama mama, tapi mama justru menentangnya kalau kamu sampai pindah agama," tambahnya kemudian.

Rei menatap mamanya dengan penuh rasa yakin.

"Ma... Rei janji akan selalu jaga amanah papa," lirihnya.

Mama Rei tersenyum pelan.

@

Mentari bersambut rembulan.

Selepas magrib, rumah Rei kedatangan tamu. Mungkin teman mamanya, karena wanita yang berkunjung tersebut memiliki wajah yang seimbang dengan mama Rei.

Sebagai gadis yang baik, tidak ingin mengganggu kesenangan mamanya bersama temannya. Apalagi tadi Rei sempat mendengar teriakan histeris dari mamanya yang keliatan sangat terkejut melihat wanita sebayanya itu.

Rei memutuskan mengurung diri di kamar sambil memainkan handphonenya.

Bermain chat dengan Dafa.

Tiga Belas [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang