BAB 18

1.3K 79 2
                                    


"Selagi ada cinta tidak perlu lagi ada pertanyaan... -Albert Einstein"

Dafa tetap aja belum konek dengan jalan pikir sahabat prianya.

Riki tiba-tiba aja dateng dan menasehati Dafa ke sana ke mari. Tau aja Dafa yang emang secara gak langsung lagi memikirkan hubungannya dengan Rei.

Semenjak telfonnya yang ditutup Rei mendadak tadi, dengan alasan yang diyakini Dafa kalau itu cuman boongan. Dafa jadi punya kesimpulan kalau Rei sedang menghindarinya.

Padahal mereka masih sehari pacaran. Tapi rasa pacaran itu berubah jadi hambar. Gak ada manis-manisnya karena toh, ceweknya juga mendadak berubah.

"Ki, lo tau kan gue sama Rei udah pacaran?" tanya Dafa masih di tempat yang sama.

Riki mengangguk.

"Tadinya gue sih gak tau. Tapi Rei nangis dan cerita semua," jawab Riki datar.

Dafa tercengang.

"Ha? Rei nangis?" Dafa mengulang kata yang tak diyakininya itu.

"Kalau gue bilang Bety juga ikutan nangis gimana?" Riki membalas dengan pertanyaan.

Dafa hanya mengkerut menatap Riki. Seolah Riki ikutan marah padanya.

"Bety nangis gara-gara bertengkar sama Rei, gitu?" Dafa menyimpulkan.

"Mereka gak bertengkar. Tapi mereka nangis untuk berebutan ngelepasin lo duluan," ujar Riki. Pria ini kemudian nyengir kuda. Seolah mengejek Dafa.

Masih dalam situasi yang dianggap serius.

"Ha? Maksud lo?" Dafa tetap berusaha gak percaya.

"Daf, kan gue udah bilang. Selesaiin deh drama lo. Kasihan Bety sama Rei nangis mulu gara-gara lo. Jangan kasih harapan lagi buat Bety supaya Bety cepet move on dan jangan pernah mundur untuk ngedapetin Rei," ungkap Riki. "Eh, lo kan udah ngedapetin Rei. Maksudnya mempertahankan dia," tambahnya sambil cengingisan.

"Ah, basi lo," umpat Dafa kesal.

Riki seolah bicara serius tapi wajahnya mengundang tangan untuk melempar lumpur.

"Cowok itu nyebelin ya Daf," ujar Riki tiba-tiba.

"Makannya gue gak suka sama cowok," balas Dafa."Makannya gue sekarang pingin ngelempar meja ini ke muka lo," tambahnya dengan nada kesal.

Riki kembali cengingisan.

"Habisnya gue kesel sama lo. Bety gak move on mulu dari lo. Kalau gue seriusin nih ya, yang ada lo pingsan lagi ntar, mending gue bercandain. Ngelihat lo kesel gue udah lega kok. Gak perlu dilempar lagi," timpal Riki.

"Sialan lo,"

@

Di dalam mobil Rei yang sekarang sedang dikendarai mamanya, sementara Rei sendiri duduk dengan lesu di sampingnya. Senyap. Tanpa suara.

Rei masih tetap lesu.

Matanya masih sembab.

Gadis itu tak lagi memakai kacamata hitam. Sehingga mamanya pasti tau jelas Rei punya masalah sehingga gadis itu tak sia-sia membuangnya hingga matanya terlihat begitu sembab.

"Habis berantem?" Mama mulai percakapan.

Rei mengangguk.

Sekarang gadis itu tak ingin lagi bersembunyi. Ingin menceritakan saja semua pada mamanya. Bahkan Rei benar-benar menderita akhir-akhir ini. Karena hatinya.

Tiga Belas [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang