BAB 5

2.6K 170 2
                                    

"Ketika kamu mencintai orang yang sempurna, artinya kamu mencintai kesempurnaannya bukan orangnya"

Jatuh cinta memang sebuah lembaran baru untuk hati yang baru.

Rei merasakan bahwa hatinya memang telah berlabuh pada Dafa. Entah itu sejak pertemuannya di tepi jalan atau kejadian semalam.

Yang jelas untuk ditegaskan.

Rei sedang jatuh cinta.

Sementara untuk mengisi pagi cerahnya hari ini, gadis itu bersemangat untuk jogging. Keluar dari rumah yang mengingatkan kejadian sedih semalam.

Yah, dua hal yang tiba-tiba terjadi begitu saja.

Antara sedih dan bahagianya.

Sempat setelah Rei pulang larut semalam, gadis itu bertanya pada Bu Ninik, pembantu yang menginap dan menjaga rumah Rei, sejak gadis itu masih kecil. Dengan segan dan sedikit malu, gadis itu bertanya tentang ibunya.

"Buk, tadi ada tamu nggak?" tanya Rei pelan.

"Kalau tamu sih enggak ada Non. Tapi mamanya Non semalem ke sini," jawab Bu Ninik.

"Terus, di sininya lama nggak Buk? Apa langsung pulang begitu ketemu Bu Ninik?" tanya lagi Rei.

"Lama Non. Kayaknya mama Non semalem nungguin Non pulang deh. Tapi karena udah larut banget, mama Non Rei malah pergi," jawab Bu Ninik.

"Kok gak tinggal di sini sih Non, kayak dulu? Kan ini juga rumahnya Nyonya," timpal Bu Ninik.

"Lah, kok tanya saya. Tanya aja ke mama sendiri. Tanyain kenapa pergi, kok gak tinggal di sini?" balas Rei sedikit kesal.

Entah kesalnya itu karena masih marah sama mamanya, atau Rei kesal karena mamanya enggak tinggal di sini.

Setelah bertanya begitu, Rei jadi makin gak lega. Dirinya berasa benar-benar jadi anak yang durhaka.

Mungkin karena moodnya bertabrakan. Rei memilih untuk fresh kembali. Jogging di pagi hari adalah pilihannya. Sejenak melupakan antara bahagia dan sedihnya.

Untuk bahagia bersama Dafa.

Dan untuk sedih karena bahagianya bersama Mama.

@

Sementara Bety. Sesuai jadwal wajibnya hari Minggu, ia pergi ke gereja untuk beribadat.

Setelah beribadatnya selesai, gadis itu kemudian keluar dari gereja. Menyapa beberapa teman-teman gereja sebayanya. Termasuk Riki yang berkumpul di sana.

"Hai, Bet," sapa Riki sambil tersenyum.

"Iya, Ki," ujar Bety membalas.

Seorang pria kemudian ikut bergabung di antara gerombolan itu. Pria yang sangat dikenal Bety dan juga Riki.

Dafa.

"Gue lihat tadi, lo keliatan khusyuk banget doanya. Minta apaan sih? Pacar ya?" ejek Riki menggoda.

Dafa hanya tertawa kecil.

Sementara Bety ikut bersambut di antara keduanya. Ikut tertawa kecil.

"Siapa Daf?" tanya Bety.

"Apaan sih, gak ada. Doa kan emang harus khusyuk," jawab Dafa mengelak.

Tiga Belas [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang