BAB 14

1.7K 106 2
                                    

"Jangan ada yang berubah dari kita, hanya karena perbedaan itu muncul"

Hari akan terus berjalan. Akan tetap menuntun manusia ke masa depan. Seperti tugasnya yang telah dipatenkan.

Rei dan Bety juga tetap menikmati hari-hari itu.

Masa-masa awal kelas satu SMA yang membuat keduanya terkesan cukup banyak. Bahkan, hanya dengan waktu yang tidak banyak itu, hubungan persahabatannya seolah tertarik dan terulur.

Masih tetap disimpannya. Rei tak berani menceritakan perasaan tentang Dafa pada sahabatnya, Bety.

Sementara Bety, berpura-pura seolah perasaannya pada Dafa telah menghilang begitu saja, gadis itu tetap membantu Dafa dan Rei kembali pada masa awal. Dengan terus merayu, berharap Dafa benar-benar terbujuk untuk berusaha mendapatkan Rei kembali.

Sejatinya, cowok kan emang dituntut berjuang.

Termasuk perjuangin perasaannya ke cewek yang emang dia suka.

@

Bel pulang sekolah berbunyi.

Hal biasa dilakukan d ague Bety adalah segera pulang ke rumah. Ada mama mereka yang masing-masing udah nungguin. Yang beda hari ini, Rei gak bawa mobilnya.

Kebetulan mobil miliknya itu lagi perawatan di bengkel. Jadi, gadis itu terpaksa berangkat-pulang naik taksi.

Mamanya? Rei gak mau jadi anak yang ngerepotin.

Di sini, Bety punya rencana lain. Situasi dan kondisi sedang mendukung rencananya. Gadis itu memasang umpan. Dan harus jadi, dua insan yang sudah lama tak berbincang harus mulai menyapa sore ini.

Sementara dua gadis itu melangkah keluar gerbang, Bety melirik ke kanan-kiri. Mencari-cari seseorang yang dikehendakinya. Bukan supirnya, melainkan Dafa.

"Eh, Rei, mending lo gak usah naik taksi, deh," ujar Bety pelan setelah menemukan sasarannya.

Mobil Dafa baru saja terparkir di pinggir jalan.

Bety menunjuknya tepat saat Dafa keluar dan berjalan d ague mereka.

Rei terkejut. Jantungnya mendadak berdegub kencang. Tubuhnya kaku.

Gadis itu, masih merasakan perasaan yang sama.

"Ah, gue pul..."

Bety segera memegang tangan Rei erat sebelum sahabatnya benar-benar kabur.

"Bet, gue mau pulang," ujar Rei berusaha melepaskan pegangan Bety.

Dan sebelum Bety menjawab, Dafa berada tepat di depan mereka.

"Hai Bety," sapa Dafa.

"Hai... Rei," tambahnya menyisipkan senyum rindu.

Bety segera melepaskan tangan Rei.

"Gue mau pulang dulu ya, udah dijemput," pamitnya sambil berlari.

Rei mendengus kesal. Sementara dirinya serasa sudah terjebak. Gadis itu tak bisa lari seperti tingkah Bety.

"Udah lama, ya," timpal Dafa lirih.

Rei tersenyum miris.

"Iya," jawabnya singkat.

Tiga Belas [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang