BAB 33

827 59 0
                                    

"Setiap detik adalah kenangan berharga yang tidak dapat diulang -,"

Jepretan foto yang lebih dari sekedar banyak itu terus bergeser. Rei dan Bety saling tertawa melihat wajah mereka dalam kondisi yang hampirburuk rupa.

"Untung tadi sempet foto, kalau gak. Gue gak bakal bisa ngeliat wajah jelek lu lagi, Rei," timpal Bety.

Rei hanya tersenyum. Tangannya kemudian meraih kue yang tadinya masih adonan. Rasanya lumayan. Resep dari Bety memang patut diacungi jempol.

Kress

Rei menggigit kue kering yang renyah itu.

"Kalau kuenya udah habis, kita berangkat shopping ya," Bety mengingatkan permintaannya. Rei mengangguk setuju.

"Ntar lu yang bayarin semuanya, ya," tambah Rei geli.

"Iya ntar gue yang bayar ke kasirnya. Lu tinggal bayar langsung ke gue," balas Bety geli.

Sekitar satu jam lebih setelahnya. Rei dan Bety berangkat menuju lokasi baru. Dimana mereka akan membeli segalanya yang couple.

Sepasang untuk sahabat.

Sementara Rei masih fokus mengemudi, Bety mencatat segalanya yang perlu dibeli. Mulai dari daftar teratasnya.

Pertama : Baju couple dengan celana jins yang sama.

Dua gadis itu berbaur di antara baju atasan yang digantung. Mereka sama-sama berusaha mencari yang paling cocok. Yang paling terlihat nyaman.

"Semuanya bagus, tapi gue gak tau yang mana," Rei mengeluh. Ia menyadari, cewek emang paling ribet kalau soal belanja-belanja.

"Nah, itu!" dua gadis itu tiba-tiba berseru bersamaan. Mata mereka tepat mengarah pada sepasang baju dominan putih. Di satu sisi yang berlawanan dari dua baju itu kalau disatukan menjadi dua gadis yang bergandengan tangan.

"Ih, samaan," ujar Bety sambil tertawa kecil.

"Nah, berarti selera kita sama," balas Rei kemudian ikut tertawa.

Kedua : Sepatu couple

"Rei, yang warna pink nih... lucu..." Bety berseru gemas begitu melihat sepatu itu. Tapi sebaliknya, Rei justru merasa ilfil melihatnya.

"Gak mau ah yang itu. Yang putih aja couple sama bajunya," tangan Rei perlahan menunjuk sepatu sebelahnya.

"Jangan. Sepatu gue di rumah putih semua," gantian Bety yang menolak.

"Biru ini deh, bagus loh, gimana?" sekali lagi Bety menunjuk sepatu berwarna biru muda itu. Dan kali ini, Rei mengangguk setuju.

Ketiga : topi

"Cobak yang ini deh," pinta Rei sambil memasangkan topi abu-abu itu di atas kepala Bety.

"Enggak suka," Bety keburu menolak."Baju putih, sepatu biru muda. Topinya yang sekalian cerah dong, Rei," timpalnya.

Rei akhirnya mengembalikan topi itu. Dan kembali dipusingkan dengan model topi permintaan Bety.

"Yang ini, deh," tangan Rei dengan cepat mengambilnya. Sebuah topi dominan putih, dengan motif abstrak warna biru di bagian depannya.

Bety meraihnya dari tangan Rei. Memasang di kepalanya sambil berkaca di depan cermin yang tersedia.

"Cocok," ungkap Bety sambil tersenyum cantik.

Rei hanya meng-iyakan.

"Ambil ini ya mbak, dua," Bety kemudian memberikan topi itu pada pegawai spg yang berjaga di sana.

Tiga Belas [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang