"Berharap kamu tetep menjadi kamu yang dulu. Karena kalau udah berubah, pasti ada gak nyaman, nyamannya."
Selepas keluar dari sekolah, Rei segera melaju ke rumahnya.
Tak seperti hari-harinya yang pulangnya lebih sering diterlambatkan, gadis itu kini menjadi agresif untuk pulang cepat. Kemudian masuk rumah dengan sumringah. Terus tersenyum dan tertawa sampai masuk kamarnya.
Jam menunjuk pukul 3 sore. Sementara janjinya, Dafa bakal menjemput jam 7. Sambil menunggu waktu yang kosong itu, sengaja Rei mempersiapkan dirinya untuk pergi nanti.
Dimulai dengan mandi parfum sejam penuh.
Di jam 4 sore kemudian, Rei memilih pakaian terbaik yang ada di lemarinya. Lambat laun gadis itu jadi makin bingung karena terlalu banyak pakaian yang menurunya bagus. Rei mencobanya satu-satu. Memilih yang terbaik di antara yang terbaik.
Hanya sekedar memilih pakaian terbaik, gadis itu menghabiskan waktu dua jamnya.
Jam 6 sore.
Rei bergegas menata dirinya. Menyisir rambut, pakai bedak dan sejenisnya.
Tepat di jam 7, suara bel rumahnya berbunyi. Tepat saat itu juga Rei selesai menata semuanya. Gadis itu dengan bahagia keluar membukakan pintu.
"Bentar Dafa, sabar," guman Rei sambil tersenyum malu.
Tangannya perlahan bergerak menarik gagang pintu. Tak sabar melihat wajah di balik pintu yang dibukanya.
"Rei," seru seorang wanita setengah baya.
Rei kaku. Diam dan matanya mulai berkaca-kaca.
"Kamu jadi lebih dewasa ya sayang, sekarang kamu pakek make up," ujar wanita itu lagi sambil tersenyum.
Detik itu juga. Rei lupa akan bahagianya.
"Kenapa anda di sini lagi? Anda salah rumah lagi?" tanya Rei bernada kaku.
"Rei ini masih tetap mama sayang, ini rumah mama juga, nak..." ungkapnya pelan. Mulai merintik suara tangis.
"Maaf, saya kan udah bilang enggak punya orangtua," jawab Rei kesal.
Mama Rei beku mendengar ungkapan anak semata wayangnya. Benar faktanya, kalau seorang Mama dari Rei Regita telah menyakiti hati anaknya. Tapi, gimanapun juga mama adalah seorang ibu yang melahirkannya.
Suara dengusan mobil lain terdengar di depan gerbang. Rei mengintip sejenak, memastikan bahwa kali ini adalah Dafa, bukan orang lain.
"Maaf, sebaiknya anda pergi. Karena saya juga mau pergi," ujar Rei. Lalu melangkah pergi dari depan mamanya.
Mama Rei memperhatikan langkah gadis yang lama tak pernah ditemuinya.
Sementara Dafa baru saja keluar dari mobilnya, Rei keluar dari gerbang rumahnya. Gadis itu dengan memaksakan senyumnya, meminta Dafa segera melajukan mobilnya.
Dan tanpa alasan apapun, keduanya meninggalkan rumah Rei. Dan Rei, meninggalkan ibunya yang masih terpaku di depan pintu rumahnya sendiri.
Suasana di dalam mobil hening.
Rei tak bisa bicara. Gadis itu masih terkejut dengan keadaan sebelumnya. Wajahnya juga mendadak lesu, membuat seorang Dafa menjadi bertanya-tanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tiga Belas [COMPLETED]
Fiksi Remaja"Kenapa lo harus sembunyi?" tanya Dafa pelan. Rei diam. Sulit menjawab pertanyaan itu dengan sejujurnya. "Karena lo juga udah boongin gue," jawab Rei. "Tentang apa? Gue boong soal apa?" tanya Dafa. Rei menggigit mulutnya. Harusnya gadis ini tidak me...