BAB 11

1.9K 123 2
                                    


"Semua akan indah ketika kita mengenangnya. Kemudian berharap waktu dapat mengulang itu semua."

Sepulang dari kafe, Dafa dan Riki memutuskan untuk bermain basket bersama di lapangan basket rumah Dafa. Sementara Bety menyegerakan pulang ke rumahnya. Ia merasa tak ingin mengganggu momen dua pria itu.

"Hari ini, lo gak boleh ngelempar bola lagi ke gue," timpal Dafa bercanda.

Riki mengangguk perlahan.

"Tapi awas ya, kalau lo bales dendam ke gue," balas Riki mulai merinding.

Dafa tertawa renyah.

"Ya semoga aja sisi baik gue masih bisa terkontrol," ujarnya kemudian. Mengundang seulas tawa dari keduanya.

Dafa dan Riki kemudian memulai pertandingan tunggal itu. Mereka sama-sama berusaha memasukkan bola ke dalam ring. Mencari poin sebanyak-banyaknya.

Bukan untuk membuktikan siapa yang terhebat. Tapi dengan tulus untuk mengembalikan rasa persahabatan yang hampir luntur.

Dan dua pria itu, tak akan seenak buntutnya melepas persahabatan yang begitu lama terikrarkan dalam kehidupan mereka.

Beberapa menit dan jam pun berlalu...

Dafa dan Riki duduk di tengah lapangan sambil meluruskan dua kakinya, menghela napas panjang-panjang. Mengelap keringat mereka. Kemudian melepaskan dahaga dengan minum air di botol minum milik Dafa.

"Gue masih kaget, Daf," ujar Riki mulai bicara.

Dafa masih belum nyambung.

"Jadi, kedatengan lo ke sini itu untuk nyari Rei?" tanya Riki tetap gak percaya.

Dafa mengangguk mantap.

"Setelah kepindahan lo ke sini, lo butuh waktu tiga tahun untuk menemukan sosok Rei?"

Dafa kembali mengangguk.

"Gue bener-bener enggak tau kalau Rei adalah orang yang berada di deket lo terutama Bety selama ini," ujar Dafa.

"Rei emang enggak pernah muncul sih di hari libur sekolah, dia gak mau ganggu hari ibadahnya Bety," ujar Riki."Sejujurnya sih, Rei itu cewek yang baru dikenal Bety. Belum genap setahun mereka kenal, tapi gayanya udah kaya sahabatan sepuluh tahun,"

"Mungkin cewek bisa lebih akrab ke orang lain daripada cowok. Mereka kan cenderung suka berbagi rahasia, terutama kalau rahasianya itu udah nyangkut cowok," timpal Dafa sambil tersenyum geli.

Riki mengangguk setuju.

"Daf, sebaiknya lo jangan lepasin Rei gitu aja deh," Riki memulai pembicaraan serius antar pria.

Dafa belum bisa menjawab. Ia hanya diam dan mengangkat bahunya.

"Lo bilang, pertemuan pertama lo dengan Rei saat masih kelas dua SD. Artinya, itu udah berlalu delapan tahun yang lalu. Pertemuan yang baru lo mulai sejak hari itu, apa lo mau kehilangan Rei lagi? Terus nyari Rei untuk delapan tahun yang akan datang?" tanya Riki.

"Gue gak tau," jawab Dafa pasrah.

"Lantas, kalau lo diem kayak gini, Rei lama-lama juga bakal pergi. Mungkin, diantara kita berempat udah terjadi hubungan cinta yang valid banget. Tapi, percaya sama gue, lo harus nyelesaiin semua ini. Entah untuk mengakhiri cinta lo atau justru sebaliknya, memulai dari awal," saran Riki.

Tiga Belas [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang