"Bagaimanapun, kasih ibu adalah ketulusan yang tidak akan pudar sekalipun telah hanyut oleh waktu... -Author"
Rei sampai di rumahnya sekitar jam 8 malam. Begitu gadis itu membuka pintu depan rumahnya. Yang pertama kali menyambutnya bukan mama Rei, melainkan tante Mira.
"Assalamualaikum Rei," ujar tante Mira hangat. Agaknya seperti menyindir Rei yang tidak mengucapkan salam ketika masuk rumah.
"Oh, ya, walaikumsalam, tan," Rei gelagapan.
Tante Mira hanya tersenyum sejenak.
"Mama kemana ya tan?" tanya Rei.
Mira seperti sudah menebak pertanyaan itu.
"Mama kamu ada urusan bisnis di luar kota. Mungkin sekitar semingguan gak akan pulang ke rumah," jawab Mira pelan.
"Hah?" Rei sontak tidak percaya. Pertama, mamanya tidak mengabari Rei sendiri. Kedua, mamanya tadi sedang sakit. Ketiga, kenapa harus meminta tante Mira yang mengabarinya.
"Mama kamu pergi mendadak Rei. Tadi dia nelfon tante untuk ngabarin sekaligus jaga kamu selama dia pergi. Bukannya dia gak ngabarin kamu langsung, tapi mama kamu cuman ngerasa bersalah kalau ngomong harus meninggalkan kamu lagi," ungkap tante Mira seperti menangkap pernyataan Rei.
"Kalau gitu tante bilang aja sama mama. Dia nggak harus khawatir sama aku. Aku udah biasa sendirian, aku bisa hidup sendiri tanpa harus dijagain orang," balas Rei kesal.
Gadis itu bangkit menuju kamarnya.
"Rei, kamu gak boleh ngomong seperti itu. Mama kamu tulus khawatir sama kamu," Mira berceramah sambil mengikuti Rei dari belakang.
Rei kemudian berhenti.
"Kalau mama emang khawatir, harusnya mama ngabarin langsung ke aku. Bukan perantara orang," ujar Rei lalu kembali melangkah.
Tante Mira mengambil napasnya perlahan. Berharap dapat membantunya untuk lebih sabar.
Sementara di dalam kamar, Rei segera berbaring di atas ranjang sambil memainkan handphonenya. Gadis itu mencari nomor Bety kemudian menelfonnya.
"Ya halo," ujar Bety di seberang.
Rei tidak langsung menjawab. Gadis itu sesenggukan.
"Rei?" Bety menyeru. Lamat-lamat Bety mendengar suara tangis sahabatnya yang masih samar."Rei, lo nangis?" Bety memastikan.
"Bet, bener gak ya kalau mama gue hamil lagi? Gimana kalau sekarang dia pulang ke suami barunya," Rei tetap menangis sambil menceritakan hal itu.
Mengingat itu tentang tante Seli. Bety hampir saja ingin menceritakan kejadian di rumah sakit pada Rei.
"Kok lo bisa ngomong gitu? Emangnya ada apa Rei?"
"Hari ini, teman mama gue, tante Mira dateng dan bilang kalau mama lagi perjalanan bisnis. Tante Mira diminta ngejagain gue sementara mama pergi. Mama gak bilang langsung ke gue Bet... jangan-jangan mama..." Rei kembali berpikir negatif.
Bety hanya bisa diam mendengar cerita Rei. Mengingat kalau mungkin saja tante Seli sedang kemotrapi. Sedang dirawat di rumah sakit. Bukannya perjalanan bisnis. Dan itu juga bisa menjadi alasan jelas kenapa mamanya tidak bisa mengatakan langsung pada Rei sendiri.
"Rei,"
"Gue ke rumah lo ya, gue pingin meluk lo biar tenang," ungkap Bety.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tiga Belas [COMPLETED]
Teen Fiction"Kenapa lo harus sembunyi?" tanya Dafa pelan. Rei diam. Sulit menjawab pertanyaan itu dengan sejujurnya. "Karena lo juga udah boongin gue," jawab Rei. "Tentang apa? Gue boong soal apa?" tanya Dafa. Rei menggigit mulutnya. Harusnya gadis ini tidak me...