Bab 27

836 64 0
                                    

"Andai waktu bisa diputar ulang, mungkin sekarang tak akan ada namanya penyesalan -rafa_nfsndhr"

Empat hari berlalu sejak operasi itu.

Mama Rei masih tetap tertidur nyaman dengan bantuan alat-alat rumah sakit untuk menjaganya tetap bertahan di dunia.

Rei sekali pertama membolos untuk menemani mamanya. Tapi dua hari yang berlalu kemarin, tante Mira terlalu banyak berkata hingga gadis itu berpura-pura terpaksa berangkat ke sekolah. Dan hari ini juga.

Rei belum kembali menjadi gadis yang seceria sebelumnya. Gadis itu benar-benar kehabisan kotak tertawanya hingga Rei hanya bisa memaksakan bibirnya untuk tersenyum sedikit, tanpa sebuah pengartian.

Di tiap istirahat. Rei mampir ke perpustakaan yang hening untuk sekedar melamun dan menenangkan dirinya. Kelihatannya gadis itu membaca. Membaca di halaman yang sama sejak pertama duduk sampai akhirnya kembali berdiri.

Pikiran Rei berkecamuk sana sini.

Bety dan Riki hanya bisa mengawasi. Mencegah Rei melakukan semua itu terlalu sulit untuk dilakukannya. Karena Rei menjadi seseorang yang keras kepala. Enggan mendengarkan orang lain. Lebih suka kesendirian.

Kata hatinya. Ia hanya berusaha untuk kembali merasa kesepian.

Hari keempat ini. Bel istirahat berbunyi dan Rei segera berangkat ke perpustakaan. Kali ini, Bety menemaninya. Meski Rei awalnya melarang Bety untuk berbaur dengannya. Tapi Bety punya alasan logis datang kesana. Ia juga ingin membaca novel.

Bety memperhatikan Rei yang kembali melamun di atas buku yang terbuka di halaman awalnya.

Ada perasaan duka dan sedih terhimpit dan bersarang di hati Bety.

Rei memang kehilangan sisi dirinya untuk bahagia. Rei lupa cara tertawa dan tersenyum.

Bety enggan melihat semua kelakuan Rei lama-lama. Sahabat mana yang rela melihat sahabatnya sakit di dalam hatinya sana. Tanpa senyum tanpa tawa. Hening. Kelabu dengan sejuta perasaan rapuh yang kaku.

"Rei," Bety menyeru pelan.

Rei tidak menjawab. Hanya menoleh kearah Bety dengan wajah datar. Seperti seorang robot.

"Lo masih inget kan sama novel yang pernah lo kasih ke gue, dulu?" Bety memutar masa lalu.

Rei mengangguk. Novel itu memang pertama dan terakhir kalinya untuk sekarang yang diberikannya pada Bety.

"Sebenernya, dulu gue gak begitu tertarik sama novel itu. Tapi, Dafa tiba-tiba bilang kalau itu novel romance yang pertama kali dibacanya. Jadinya, gue penasaran sama isi novel itu," ungkap Bety.

Rei mendengarkan lamat-lamat walau kelihatan seperti tetap melamun. Rei masih ingat, Dafa yang menyarankan dirinya untuk membelikan novel itu saja pada Bety.

"Ternyata, pas gue baca. Cerita yang diringkas di dalam novel itu, seperti menceritakan perjalanan Dafa untuk nemuin lo. Gadis yang pernah hilang di tengah-tengah waktu," Bety berspoiler.

"Rei, lo harus tau bagian terbaik dari novel itu. Gadis itu punya sifat-sifat yang mirip sama lo. Dia selalu ceria dan bikin orang lain ceria. Dia punya sejuta masalah tapi dia tetep ceria. Dia ditinggal seseorang kemudian bertemu orang baru lagi tapi dia tetep bahagia. Karena dia tau Rei, perpisahan itu sesuatu yang sementara. Dipisahkan di dunia atau setelahnya, dia tetep yakin, bahwa Tuhannya akan mempertemukan kembali dirinya dengan orang yang sangat dirindukannya, kalau dia tetap sabar dan enggak sedih,"

Tiga Belas [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang