"Persahabatan bagai kepompong, hal yang tak mudah berubah jadi indah - Kepompong Sindentosca"
Seperti yang dijanjikan kemarin.
Rei dan Bety hangout berdua saja. Kedua gadis cantik itu sepakat hanya akan menghabiskan waktu berdua. Cukup berdua saja.
"Hari ini kita mau kemana aja Rei?" Bety bertanya sambil menatap Rei yang berada di sebelahnya. Sahabatnya itu sekarang sedang serius menyetir.
"Ke tempat yang dulu kita pinginin," jawab Rei."Lo maunya kemana?"
Bety tak segera menjawab. Ia masih mengingat-ingat tempat yang selalu ingin didatanginya bersama Rei, yang belum keturutan sampai detik ini.
"Enggak," Bety berkata singkat.
Rei sontak menoleh."Maksutnya?"
"Gue gak mau ke mana-mana. Bukan tempat yang pingin gua datengin, tapi banyak hal yang pingin gua lakuin," ujar Bety.
"So...?"
"Gue mau kita bikin kue barengan. Gue mau kita makan kuenya berdua. Gue mau kita selfie-selfie bergaya nanti. Gue mau nanti kita juga beli baju couple, sepatu couple, bando couple, jepit couple, kuncitan couple, kacamata couple, tas couple, topi couple, dan semua yang serba couple. Dan terakhir, lu harus mau nemenin gua ke toko buku," ungkap Bety.
Rei tersenyum geli mendengarnya.
"Iya, gue turutin kok. Terus, lu maunya yang mana dulu nih?"
"Langsung ke rumah gue aja, lagi gak ada orang. Kita bikin kue di sana," ujar Bety."Gue juga udah siapin bahan-bahannya,"
@
Sementara Rei bersama dengan Bety. Dafa juga punya schedule bersama Riki.
Seperti biasanya. Dua pria itu tanding basket di halaman rumah Dafa. Tanding kali ini cuman sekedar main bareng. Mengisi waktu luang tanpa pacar-pacaran.
"Daf, hubungan lu gak ada masalah lagi kan sama Rei?" Riki berusaha tetap konsentrasi. Tangan kanannya masih asyik men-dribble bola. Hendak menerobos Dafa yang masih berusaha mencegatnya memasukkan bola ke ring.
"Masalah gue sama Rei gak akan pernah kelar," jawab Dafa seolah sudah pasrah. Ia mencari celah merebut bola. Riki menghindarinya.
"Agama?" Riki akhirnya men-shoot bolanya kearah ring.
One point.
"Apalagi kalau bukan itu? Gue mah pasrah aja kalau soal agama," ungkap Dafa.
Keduanya kemudian menghentikan permainan. Duduk di bawah tiang ring sambil meluruskan kedua kakinya. Keringat berpeluh-peluh membasahi tubuh keduanya.
"Gue takut lu suka sama Rei sampek tua nanti," ujar Riki.
"Lah, kenapa? Malah bagus dong. Itu ngebuktiin kalau gue setia sama Rei," timpal Dafa.
"Justru itu yang bakal nyakitin lu, Daf. Percuma dong lu suka sama seseorang yang punya agama berbeda dari lu. Emangnya lu mau pindah agama? Atau Rei mau pindah agama?" ungkap Riki.
"Nih, ya, gue bilangin. Orang kalau sama keyakinannya aja labil, gak konsisten, padahal keyakinan adalah pedoman yang kita bawa sejak lahir. Berarti banyak kemungkinan dia juga labil sama perasaan. Keyakinan aja gak yakin apalagi perasaan," Riki kembali berceramah sambil mengelap keringat dengan punggung tangannya. Kemudian mengibas-ibaskan kaosnya untuk menimbulkan sensasi angin semilir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tiga Belas [COMPLETED]
Teen Fiction"Kenapa lo harus sembunyi?" tanya Dafa pelan. Rei diam. Sulit menjawab pertanyaan itu dengan sejujurnya. "Karena lo juga udah boongin gue," jawab Rei. "Tentang apa? Gue boong soal apa?" tanya Dafa. Rei menggigit mulutnya. Harusnya gadis ini tidak me...