Author pov
Suasana ruangan yang lumaian besar itu mulai terasa mencekam. Setelah kalimat yang terkesan dingin itu keluar dari bibir sang CEO.
Hinata menatap nanar map biru itu tanpa dibuka ia sudah tahu apa yang terlampir didalamnya.
"Maaf sir, tapi ini ke-"
"Kau dilarang membantah" punggung pemuda itu berbalik. Menampilkan wajah khas orang eropa bukanlah asia.
Namun hinata sedikit tertegun menatap wajah itu.
"Naru lebih keren" gumamnya tanpa sadar namun bisa didengar oleh sang CEO."Tanda tangani" ucap menma dingin lalu duduk di singgah sananya.
Hinata hanya diam ia menatap menma lalu berkata "ini tidak adil sir, aku masih melanggar peraturan untuk pertama kalinya setidaknya berikan aku surat peringatan"Menma menyipitkan matanya pegawainya yang satu ini sedikit berbeda.
"Aku tidak perduli, moodku lagi tidak baik hari ini. Jadi lekaslah tanda tangani map ini""Maaf sebelumnya, apakah masuk akal jika anda memecat orang karena perubahan moodmu saja? Kau tak ingin dicap buruk oleh yang lainkan?" ucap hinata pelan.
Namun ditelinga menma sangat jelas hinata menghinaya."Aku tidak perduli, tanda tangani surat ini sekarang juga" paksa menma.
Hinata menggeleng "saya benar-benar minta maaf atas keterlambatan saya, saya mohon berikan saya surat peringatan."Menma terdiam. Gadis dihadapannya ini lumaian berani juga.
Ia berdiri lalu berjalan kearah hinata mengitarinya.Ia tertegun akan aroma vanila yang dikeluarkan oleh hinata.
"Kau boleh juga, dari mana keberanianmu itu datang ha? Oh, apa karena kau nona Namikaze sekarang?"
"Tidak ada hubungannya akan hal itu" jawab hinata tenang."Hm, aku tak menyangka jika kau mau menikahi naruto siatus itu. Apa karena kau ingin mendapatkan semua hartanya? Ck... Ck... Kau sungguh gadis yang kejam memanfaatkan anak autis itu" ucap menma sambil menggeleng pelan.
Hinata hanya diam saja ia sama sekali tak perduli akan ucapan pemuda didepannya ini.
Menma bersandar dipinggir mejanya bersedekap dada.
"Kenapa diam? Aku benar bukan? Aih, kau memilih memperalat pemuda bodoh itu bukan? Bukanlah lebih mudah menangkap domba yang lemah?"
Manik violet hinata menatap manik merah itu "maaf sir, kita sudah melewati batas obrolan kita"
Menma tersenyum miring "kenapa? Bukanlah aku benar? Hanya orang bodoh yang mau menikahi orang idiot seperti namikaze naruto. Kalau bukan karena Harta dan sandangan marga itu tidak ada orang yang mau. Naruto idiot itu hanya bisa menikah dengan sesamanya tidak yang lain"Hinata mengepal kedua tangannya menahan amarahnya. Ia harus bersabar dengan CEOnya ini.
"Bagaimana jika kau menceraikan si idiot itu dan menjadi simpananku? Denganku kau bisa mendesah kenikmatan dari pada setiap saat menglap air liur orang idiot"PLAK
Bunyi tamparan yang cukup nyaring terdengar diruangan itu, kepala menma terloleh kesamping dengan pipi yang memerah.
Menma mengeram marah hendak meluapkan amaranya namun tak jadi saat melihat wajah seputih susu itu memerah dengan manik violet yang berkaca-kaca."Kau boleh menghinaku tapi jangan pernah keluar satu kata kotormu untuk suamiku, kuperjelas disini aku menikahinya memang karena ingin menebus hutang keluargaku namun aku akan berusaha menyayangi dan mencintanya jadi simpan saja ajakanmu untuk para wanita murahan diluaran sana"
"Kau ingin aku keluar? Baik" hinata langsung membuka map itu dan menanda tanganinya lalu menatap tajam menma.
"Terimakasih atas semuanya mr. Menma brengsek" ucap hinata lalu berlalu pergi meninggal menma yang masih diam membatu disana.Namun ia mengambil map biru membaca ketikan yang ada disana dan terlihat seringai disana.
.
.
.
Hinata duduk di pemberhentian bus dengan menatap gedung besar didepannya.
Gedung tempat kerjanya yang mulai sekarang tidak akan ia datangi.Ia mendesah pelan. Seharusnya ia menahan emosinya tadi, namun entah kenapa tangannya refleks menampar pipi CEO angkuh itu.
Ia menatap nanar telapak tangan yang ia gunakan untuk menampar menma."Ck, biasanya ia tak pernah menginjakkan kakinya disana tapi kenapa sekarang ia malah datang?" ucap hinata kesal.
Hinata akui ia tak pernah melihat sang CEO masuk kedalam perusahaan itu sejak ia menjadi pegawai disana tapi kenapa dengan hari ini? Ada angin apa mr. Menma berengsek itu datang?.Hinata mendesah pasrah sebaiknya ia pulang dan membersihkan rumah bak istana itu karena ia masih menyelesaikan setengahnya tadi.
Namun saat ia hendak berdiri ia melihat mobil yang tadi pagi mengantarkan naruto lewat begitu saja. Akhirnya ia memilih melihat naruto saja.
Ia menelepon sang supir yang tadi mengantarkan naruto.
"Ah, selamat pagi yamato-san? Ini aku hinata aku ingin meminta nama dan alamat tempat naruto berlajar" ucap hinata pelan."Maaf nona, nyonya kushina melarang anda mengetahuinya" jawab yamato.
Hinata mendesah kecewa mendengar jawaban itu "baiklah, maaf mengganggu" ucap hinata lalu mematikan sambungan.Hinata menatap layar ponselnya namun tiba-tiba teringat jika naruto sudah bisa menjawab telepon akhirnya ia menghubungi naruto.
Nada sambungan terdengar lumaian lama namum akhirnya terangkat.
"Siapa ini?" hinata tertegun ditempat ia seperti mengenali suara ini.
"Maaf, bukankah ini ponsel milik naruto?"
"Eh? Ah.." setelah ucapan itu terdengar suara sumbang disana. "Halo?" ucap hinata lagi. Ia sedikit bingung mendengar nada bising itu."Ah, ya?" hinata terdiam kini suaranya berbeda.
"Maaf, bisa saya bicara dengan naruto?"
Hening sesaat dan kembali terdengar suara sumbang.
"Maaf, naru-san sedang bermain dengan anak yang lain anda bisa menghubunginya lagi nanti" mendengar jawaban itu kembali hinata menelan kekecewaan."Ah, kalau boleh tau apa nama sekolah yang naruto masuki?"
"Eh?" kini suara sumbang itu kembali terdengar.
"Halo? Tuan?""Maaf kami sedang sibuk anda bisa hubungi lain waktu"
Pik
Hinata mengerutkan keningnya menatap layar ponselnya? Suara orang terakhir malah berbeda. Ada apa ini?
Apa mungkin guru yang mengajar naruto yang mengangkatnya tadi?..
.
Hinata menyeka keringat yang mengalir dipelipisnya. Ia baru selesai membereskan semua ruangan dan ditambah memasak makan siang.
Brak
Pintu depan terbuka dengan kasar disusul pekikan naruto.
"Hie... Ay.. " ujarnya melompat-lompat meninggalkan jejak lumpur dilantai keramik yang baru saja hinata pel.Hinata menyusul naruto yang mulai melompat secara cepat.
"Naru, berhenti" ucapnya menghentikan tingkah naruto namun ia malah didorong kebelakang membuat hinata terjatuh."Aw" rintih hinata pelan. Pergelangan tangannya sedikit sakit akibat menopang tubuhnya.
Sedangkan naruto malah melenggang pergi dengan masih melompat-lompat.Hinata menatap sendu tubuh naruto yang menjauh. Ia hendak bangkit sebelum seseorang menjambak rambu indigo miliknya.
"Kau ini bodoh atau apa ha? Kau lihat kotoran dilantai ini kau kira rumahku kandang hewan ha?" kushina menatap garang hinata yang merintih dibawahnya."Hentikan kushina" suara bariton milik minato terdengar membuat kushina melepaskan jambakannya.
"Bersihkan lantai ini" ucap minato dingin lalu berlalu.Kushina menendang hinata dengan sepatu hak tingginya lalu beranjak pergi.
Hinata merintih sakit saat pinggangnya ditendang tadi.Ia berusaha bangkit namun terjatuh kembali.
Sebuah tangan terulur didepan wajahnya.
Hinata mendongakkan kepalanya. Manik violetnya membola disaat melihat orang yang baru saja memecatnya tadi menyeringai kepadanya.Tbc
A/N: bagi yang nunggu cerita tere yang satu lagi-I Hte You But I Love You harap bersabar ya... Dikarenakan episode terakhirnya itu multcap 😅
Harap vommentsnya guys 😎
KAMU SEDANG MEMBACA
It's You
Fiksi Penggemar[Cerita ini sudah di lock so follow me the first ] Siapa yang mau menikahi seorang autis? yang berbicara sendiri, air liur yang berceceran diwajahnya dan dengan segala tingkah anehnya. tapi tidak dengan sang gadis Hyuga Hinata. Namun semuanya tidak...