Benci

2.9K 166 0
                                    

Prilly pov.

Mataku terpana dengan setiap titik sudut rumah ini,yang katanya rumahku.

Entahlah,Otakku berkata aku tidak harus percaya dengan orang ini.

Namun hatiku berkata lain.

Tiba tiba suara dari belakang,dengan mengendap endap menuju kearahku.

"Prilly!! Surprise!!! Selamat datang kerumah ini lagii" ucap jessica dengan senangnya.

Rasta berdiri membawa cake-nya dan ingin aku meniupnya.

Ali hanya tersenyum melihatku meniup lilin yg berada di atas cake-nya.

"Li,gue mau nonton tv dong" ucap ku datar

Ali mengajak ku kearah ruang tv,Sofanya sangat empuk dan nyaman.

Ali mengambil remote dan menyalakan tv-nya.

Beberapa kali,aku menyuruh ali mengganti channel tv-nya. Karena aku sangat merasa bosan.

"Udah fix! Nonton ini aja!" Ucapku pada ali.

Ali duduk disebelahku,tanganya ingin menggapai bahuku,namun aku menolaknya dengan halus.

Dimatanya,ada rasa kekecewaan,dan kulihat itu.

Namun entah,Aku belum sepenuhnya menerima ali menjadi orang baru di kehidupan ku ini. Atau dia adalah salah satu masalalu.

Layar tv,menayangkan beberapa foto model.

Disana kulihat salah satu perempuan yg sangat cantik,Terlihat make up flawles nya.

Disana kulihat salah satu perempuan yg sangat cantik,Terlihat make up flawles nya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Awwwww" rintihku dengan memegangi kepalaku.

"Kamu kenapa sayang?" Ucap ali sangat khawatir.

Aku terus memegang kepalaku yg sangat sakit.

Terlihat sekelebat bayangan.

Disana ku lihat diriku sendiri,Memakai gaun pendek hitam dan rambut di ikat.

Aku melihat model itu memeluk ali,Entah mataku memanas,kulihat bayangan ku sendiri menangis dan berlari dan aku tertabrak truk.

Darah dimana mana.

"Aaaaaaaa" teriakku histeris.

Ali segera memelukku,dengan erat.

"Prill,lo kenapa??" Ucapan panik dari jessica dan rasta.

Aku mendorong tubuh ali agar menjauh dariku,Aku membenci ali. Gara gara dia aku jadi begini.

Namun ali malah semakin mengeratkan pelukannya.

"Pergi!!!! Pergiiii!!!" Pekikku kepada ali

"Nggak! Aku nggak akan pergi! Kamu kenapa sayang?" Ucapnya dengan keras namun melembutkan suaranya pada kata kata terakhir.

Aku mendorong tubuh ali,dan aku berdiri.

"Lo bilang gue kenapa?? Lo yg ngebuat gue ketabrak kan? Gara gara model sialan itu!! Jawab li!! Tunggu sampe gue inget semua!!" Pekikku pada ali dan berlari ke lantai atas.

Ali,jessica,rasta mengejar ku,masa bodo. Aku benci Ali,sangat amat.

Aku tidak tau ruangan mana yg akan kumasuki,Namun disalah satu pintu terdapat Tulisan ukiran dari kayu yg bertuliskan 'prilly latuconsina'

Entah dorongan apa,aku yakin itu kamarku,bukankah semua orang memanggil aku prilly? Mungkin saja ini kamarku.

Aku memasuki kamar itu dan menguncinya. Aku tahu,Pasti rasta atau jessica punya kunci cadangan. Namun aku tak peduli,yang ku pedulikan sekarang,AKU HARUS MENJAUH DARI ALI.

Aku menangis di sudut tembok dengan memeluk lututku,Ku tenggelamkan kepalaku di lututku.

Aku terisak disana,Aku membenci ali.

----------------------

Ali pov.

Maafkan aku bie,kamu salah paham.

Maxime yg baru masuk rumah, langsung berlari kedepan pintu kamar prilly,

"Kenapa lagi prilly li?" Tanya nya padaku.

"Dia inget,tapi cuma ingat yg pas kejadian sialnya." Ucapku sambil memukul tembok

"Sabar li.. mungkin prilly cuma butuh waktu" ucap maxime.

Sedangkan jessica dan rasta sibuk menggedor gedor pintu kamar prilly.

"Prill bukain prill..." Itulah kata kata yg terucap dari mulut jessica dan rasta

"Misi dulu,Gue mau dobrak aja nih pintu" ucap maxime.

Maxime dan aku pun mendobrak pintu itu,

Namun maxime,jessica dan rasta malah tidak mau masuk.

"Your time and prilly li" ucap mereka bertiga.

"Makasih"

"Not need" ucap mereka lalu pergi.

Dimata mereka seperti mengatakan bahwa gue harus jaga prilly.

Lampu kamar redup, sayup sayup terdengar suara isakan prilly dipojok tembok.

Aku berjalan menuju sudut tembok tanpa suara,walaupun prilly sudah tau kalau aku akan masuk.

Karena suara dobrakan yg cukup kencangnya itu.

Aku menundukkan kepalaku dan mengelus pucuk kepala prilly.

Prilly berdiri,Dan mendonggakkan kepalanya. Walaupun ruangan ini minim cahaya namun aku masih bisa melihat prilly dengan jelas.

Prilly mendorong ku menjauh,Dia mencekik leherku,

"Gue nggak akan maafin lo!" Ucapnya sinis kepadaku.

"Bunuh aja aku sesuka kamu,kalau kamu bisa,aku tau cinta kamu lebih besar dari benci kamu ke aku" ucap ku dengan menatap intens mata hazel prilly.

Prilly tersenyum kecut,dan mempererat cekikan nya. Nafasku tercekat.

Saat aku sudah hampir pingsan,Prilly memperlonggar cekikan-nya dan malah memelukku dengan erat.

Tenaga ku yg hanya tinggal sedikit,Aku berusaha membalas pelukan prilly,

Namun bruk!

Aku tak ingat lagi.

-------------
Bersambung...

Jangan lupa vote and comment.

Suara Pikiranku [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang