Chapter 16 - What If I Love You?

2.3K 183 0
                                    

  Hans mematikan tv lalu, membanting remote ke lantai dengan cukup keras hingga menyebabkan remote tersebut hancur. Dia mengacak-acak rambutnya dan melemparkan tubuhnya ke sofa. Hans stress. Bagaimana bisa media mengangkat berita buruk tentangnya setelah apa yang dia lakukan? Hans mengambil koran di atas meja yang halaman depannya terpampang wajahnya dengan tulisan hitam besar:

  "Kemana perginya uang untuk jembatan layang yang harusnya sudah selesai beberapa bulan lalu?"

  Hans tidak tau harus berbuat apa. Thalia hilang. Berita buruk tentangnya mulai muncul. Tidak pernah ada yang berkomentar buruk tentang Hans sebelumnya jadi, ini membuatnya bingung.

  Beberapa hari ini wajahnya muncul di tv dan koran bahkan di radio. Banyak awak media setiap hari berdiri di depan gedung DPR untuk meminta keterangan darinya, tapi dia belum siap melakukan wawancara. Bastian sudah menyiapkan apa saja yang harus Hans katakan di depan wartawan, tapi tetap saja Hans merasa belum siap.

  Tok tok....

  "Silahkan masuk." Pinta Hans dingin.

  Bastian memasuki ruangan Hans sambil berusaha menahan senyum. Dalam hati, Bastian sangat senang melihat komentar-komentar buruk tentang Hans. Inilah yang dia tunggu-tunggu selama berbulan-bulan. Dia tidak sabar melihat karir laki-laki kejam ini hancur. Bastian tidak sabar melihat kehidupan laki-laki ini berubah menjadi sengsara seperti yang dia lakukan kepada Bella dan Thalia. Melihat kemarahan Hans menjadi kesenangan tersendiri bagi Bastian.

  "Selamat siang, Pak Hans." Ucap Bastian sambil tersenyum.

  Hans mengangguk, "Ada apa?"

  Bastian melirik koran yang sedang dipegang Hans lalu, kembali menatap Hans. "Satu jam lagi anda memiliki konferensi pers dengan para awak media."

  Hans mendongak dan membelalakkan matanya. Dia terkejut. Dia merasa tidak pernah membuat janji apapun dengan para wartawan. "Konferensi pers? Saya tidak pernah membuat janji untuk melakukan konferensi pers, kapten."

  Bastian masih berusaha menahan senyumnya. Ini bagian dari rencananya. Dia yang mengatur konferensi pers ini. Hans harus keluar dari tempat persembunyiannya. Hans harus memberikan komentar. Dia tidak boleh bersembunyi seperti orang pengecut walaupun dia memang pengecut.

  "Saya yang mengatur konferensi pers ini." Balas Bastian. "Anda tidak boleh terus menerus bersembunyi seperti ini, pak. Jika anda tidak memberikan komentar apapun, media akan semakin gencar membuat gosip. Akan semakin banyak masyarakat yang menganggap gosip itu benar. Tentu saja gosip itu tidak benar, kan?"

  "Tentu saja tidak benar!"

  Bingo!

  Hans menjawab pertanyaan Bastian terlalu cepat.

  Bastian menaikkan sebelah alisnya, "Jadi? Anda bersedia melakukan konferensi pers satu jam lagi?"

  Hans menarik napas lalu, mengembuskannya perlahan. Hans melakukan hal ini berkali-kali untuk menenangkan pikirannya, tapi tidak bisa. Pikirannya terasa penuh. Sialan! Orang yang menyebarkan gosip ini harus mendapat ganjarannya. Hans memutar otaknya. Kira-kira balasan apa untuk para penyebar gosip ini? Kecelakaan mobil? Penculikan? Atau hal yang lebih kejam lagi?

  "Baiklah." Jawab Hans.

  Bastian mengangguk, "Kalau begitu saya keluar dulu."

  Bastian keluar dari ruangan Hans dan tertawa ketika sudah sampai di luar. Bella yang daritadi menatap perbincangan kedua laki-laki ini ikut tertawa. Bella senang melihat gosip yang beredar di tv dan koran. Bella senang akhirnya masyarakat membuka mata dan menyadari kalau ketua DPR mereka bukanlah orang yang baik. Ketua DPR mereka adalah orang kejam dan koruptor handal.

I'm In Love with A Shadow [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang