Chapter 9 - Her or Her?

2.3K 213 3
                                    

  "Wakil ketua DPR, Vincent Ibrahim, mengalami kecelakaan mobil tadi malam di daerah Plaza Senayan."

  Hans meletakkan koran di atas meja lalu, tertawa terbahak-bahak. Tentu saja dia tertawa membaca headline di koran tersebut. Dia senang bukan main mengetahui Vincent mengalami kecelakaan mobil karena itu berarti rencananya berhasil. Itu berarti anak buahnya bekerja dengan pintar dan sangat rapi.

  Hans lah yang menyebabkan kecelakaan mobil ini. Dia menyuruh anak buahnya untuk memutus rem mobil milik Vincent. Ini semua karena Vincent menolak idenya mentah-mentah dan itu membuat Hans semakin membencinya.

  Ketukan di pintu membuatnya menghentikan tawa, "Silahkan masuk."

  Stevan memasuki ruangan Hans bersama Bastian. Hans buru-buru bangkit berdiri dan mempersilahkan mereka berdua duduk di sofa, tapi Bastian memilih berdiri di sudut ruangan.

  "Selamat siang, Pak Hans." Ucap Stevan.

  Hans mengangguk, "Selamat siang, jendral."

  Bastian berdiri di sudut ruangan sambil memperhatikan percakapan mereka berdua. Di sampingnya, berdiri Bella yang ternyata sudah berada di sana sejak tadi. Bella mengetahui semua rencana busuk Hans. Bella mengetahui bahwa Hans lah penyebab Vincent kecelakaan. Lagi, Bella tidak bisa berbuat apa-apa terhadap hal ini. Dia hanya bisa berdoa semoga suatu hari kebusukan Hans bisa tersebar luas di media.

  "Saya tau anda mungkin masih sedih mendengar kabar bahwa Pak Vincent mengalami kecelakaan, tapi sudah banyak awak media di luar gedung ini dan mereka menunggu anda memberikan penjelasan." Ujar Stevan.

  "Penjelasan? Saya tidak punya penjelasan apapun. Saya tidak terlibat dalam kecelakaan ini." Hans panik mendengar kata 'penjelasan'. Apa yang harus dia jelaskan? Apa Stevan tau kalau dia lah penyebab semua kekacauan ini?

  Stevan tertawa pelan melihat ekspresi Hans. "Saya tau anda tidak mungkin terlibat dalam kecelakaan ini. Mana mungkin seseorang seperti Pak Hans terlibat. Maksud saya, para wartawan meminta anda memberikan komentar."

  "Bahkan Stevan tidak mengucapkan sesuatu yang aneh, tapi Hans begitu panik." Bisik Bella di telinga Bastian. "Dia lah penyebab kecelakaan Vincent, Bas."

  Bastian menoleh dan menatap Bella tidak percaya. Bastian tau kalau Hans bukanlah laki-laki yang baik, tapi Hans tidak mungkin melakukan hal sekejam ini. Vincent adalah wakilnya dalam bekerja, bagaimana bisa dia mencelakakan Vincent? Bella pasti ngawur. Tidak mungkin Hans berbuat sekejam itu. Bastian menolak untuk percaya hal yang satu ini.

  Hans tertawa untuk menutupi rasa paniknya, "Baiklah. Katakan kepada media bahwa saya akan memberi penjelasan setengah jam lagi. Saya harus bersiap-siap."

  Stevan mengangguk. "Baik, pak. Saya izin keluar sekarang."

  Setelah Stevan keluar, Hans bolak-balik di ruangannya. Dia bingung harus mengucapkan apa nanti. Dia belum menyiapkan apapun. Hans tidak memiliki persiapan apapun. Bagaimana kalau dia salah bicara? Bagaimana kalau dia malah membongkar semuanya karena terlalu gugup? Hans memukul meja dengan tangannya, membuat Bella dan Bastian terlonjak kaget. Bastian menghela napas lalu berjalan menghampiri Hans.

  "Saya tidak bermaksud ikut campur, tapi saya rasa bapak harus sedikit lebih tenang." Ujar Bastian pelan.

  Hans berbalik menatap Bastian, "Bagaimana cara saya bisa tenang?" Ekspresi Hans yang panik mendadak menjadi tenang. Pura-pura tenang sebenarnya. Hans menarik napas dalam. "Maksud saya, saya bahkan belum menyiapkan speech apapun, Bas. Bagaimana saya akan menjawab pertanyaan para wartawan disana?"

I'm In Love with A Shadow [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang