Chapter 10 - The Spokesman

2.3K 199 1
                                    

  Bastian tau yang dia lakukan saat ini salah. Dia tidak boleh meninggalkan Sellena sendirian di kedai roti bakar itu. Bastian tidak pernah meninggalkan Sellena sendirian. Sebenarnya dia tidak tega, tapi dia terjebak di antara dua pilihan. Pilihan yang sangat sulit karena salah satu pilihan itu adalah Bella. Hantu perempuan yang membuat dunianya jungkir balik. Hantu perempuan yang membuat Bastian selalu menunggu kehadirannya. Hantu perempuan yang bisa membuat Bastian tersenyum hanya dengan melihatnya tersenyum.

  Bastian berpikir dia pasti sudah gila karena memiliki perasaan ini kepada seorang hantu. Perasaan yang entah apa namanya. Bastian belum pernah merasakan hal ini sebelumnya jadi, dia masih bingung mengartikan ini semua.

  Di lain sisi, Bastian berpikir untuk menjauh dari Bella. Jika dia terus berada di dekat Bella, perasaan ini akan semakin tumbuh sedangkan, Bastian tau ini bukanlah hal wajar. Mana bisa seorang manusia memiliki perasaan kepada hantu? Tapi, bagaimana kalau ternyata Bella bukanlah hantu? Bagaimana kalau Bella adalah sesuatu yang lain? Kalau memang benar Bella adalah hantu lalu, kenapa Bastian bisa memegang tangannya waktu itu? Bukankah hantu bisa ditembus?

  "Bel, ini mau kemana?" Bastian melirik Bella yang duduk di kursi penumpang.

  "Ke rumah mama." Jawab Bella.

  Bastian membelalakkan matanya. "Mama kamu?"

  Bella tidak pernah menceritakan tentang dimana mamanya berada kepada Bastian. Walaupun dia tidak mau, tapi dia harus. Hanya Bastian yang dapat membantunya. Hanya Bastian yang bisa membebaskan mamanya dari Hans. Bella tidak peduli tentang dirinya. Dia sudah tidak peduli apakah dirinya masih hidup atau tidak. Yang dia pedulikan hanyalah keselamatan mamanya.

  Sekitar setengah jam kemudian, Bastian dan Bella sampai di sebuah rumah kecil dengan pekarangan yang sudah tidak terawat. Terdapat berbagai macam tanaman liar yang sudah pasti tidak pernah dirawat lagi. Rumahnya pun sangat kumuh dan cat dindingnya sudah mulai terkelupas. Bastian menoleh ke arah Bella yang masih memasang ekspresi sedih. "Bel, kamu serius ini tempat mama kamu tinggal?"

  "Ini tempat mama saya diasingkan, Bas."

  Bastian mengernyitkan keningnya, "Diasingkan oleh siapa?"

  "Hans." Jawab Bella.

  Bastian mengepalkan tangannya mendengar jawaban Bella. Setelah mengetahui bahwa Hans lah penyebab Vincent kecelakaan, sekarang Bastian mengetahui kalau mama Bella disekap di rumah kumuh seperti ini. Orang itu pasti sudah gila. Gila akan kekuasaan dan harta.

  Bastian hendak membuka pintu, tapi Bella segera menahannya karena Hans keluar dari rumah tersebut bersama dua orang laki-laki berjas hitam dan memakai kacamata hitam. Bastian sedikit mengenali salah seorang laki-laki tersebut. Dia adalah pengawal kepercayaan Hans. Dia selalu di sisi Hans, tapi belakangan ini posisi laki-laki itu digantikan oleh Bastian.

  Hans tampak berbicara sesuatu kepada laki-laki yang berdiri di ambang pintu. Entah apa yang mereka bicarakan. Tak lama kemudian, Hans melambaikan tangan lalu memasuki mobilnya dan mobil mewah itu pun meninggalkan pekarangan rumah tak terawat itu.

  "Sejak kapan mama kamu diasingkan?" Tanya Bastian.

  Bella menggeleng, "Saya tidak tau. Mungkin sekitar tujuh atau delapan bulan. Saya tidak bisa mengingatnya bahkan saya tidak bisa mengingat penyebab saya mati."

  "Kamu tidak tau penyebab kamu menjadi seperti ini?"

  Bella mengangguk. "Saya terbangun dalam keadaan seperti ini dan saat itu saya hanya teringat mama lalu, saya sibuk mencarinya hingga menemukan mama diasingkan disini. Sejak saat itu, saya hanya fokus ke mama dan tidak pernah memikirkan penyebab saya mati walaupun kadang-kadang saya penasaran."

I'm In Love with A Shadow [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang