Chapter 15 - Karma

2.2K 171 0
                                    

Sinar matahari yang menyilaukan membuat Thalia membuka matanya. Dia mengerjap-ngerjapkan mata berkali-kali lalu membukanya dan mendapati seorang laki-laki tampan duduk di sampingnya sambil tersenyum lebar. Thalia memperhatikan wajah laki-laki itu dengan teliti. Wajahnya sangat tampan. Tidak ada keturunan bule sama sekali, tapi terlihat sangat menawan. Alisnya sangat tebal dengan mata tajam. Hidung mancung dan bibirnya berwarna pink yang sudah pasti tidak pernah menyentuh rokok sama sekali.

Thalia mengedarkan pandangan ke sekeliling lalu berusaha bangkit duduk. Dengan sigap, Bastian membantu Thalia dan tersenyum. "Saya senang melihat tante sudah sadar."

Thalia mengerutkan keningnya, "Dimana saya?"

"Tante berada di rumah saya." Jawab Bastian sambil menyodorkan segelas air putih yang segera ditolak oleh Thalia. Bastian menghela napas, dia tau Thalia masih trauma dengan kejadian yang menimpanya selama delapan bulan belakangan ini. Bastian mengerti pasti akan sangat sulit bagi Thalia untuk mempercayainya. Thalia tidak pernah melihat Bastian sebelumnya jadi, wajar jika Thalia masih takut dan berpikiran negatif.

"Anda siapa?"

"Saya Bastian. Teman Bella."

Thalia mengerjapkan matanya. "Bella? Anda mengenal anak saya? Dimana Bella? Apa dia baik-baik saja?"

Bastian melirik ke arah Bella yang sedang berdiri di ambang pintu. Dia tersenyum bahagia melihat mamanya membuka mata dan tidak berada di tempat pengap dan sempit lagi. Bella sangat bahagia hingga dia tidak bisa menyembunyikan senyumnya barang sedetikpun. Bastian pun otomatis ikut tersenyum melihat Bella tersenyum. Bastian senang mengetahui bahwa perempuan yang selama ini berpikir dirinya adalah hantu ternyata masih hidup.

Bastian sudah menceritakan kepada Bella bahwa dirinya masih hidup. Bella hanya koma. Dia hanya tidak tau dimana jasadnya. Itulah penyebab Bella tidak sadarkan diri. Arwahnya berkeliaran kemana-mana. Itu juga lah penyebab mengapa Bella masih bisa memegang sebuah benda, kenapa Bastian masih bisa memegang tangannya, karena Bella hanyalah sebuah bayangan bukan hantu seperti James. Bella menyambut informasi dari Bastian dengan senang hati. Dia ingin segera kembali ke jasadnya, tapi Bastian melarangnya.

Bella mengerutkan keningnya bingung, "Kenapa saya tidak boleh kembali? Saya ingin mama melihat kalau saya masih hidup, Bas."

"Saya tau kamu ingin secepatnya bisa bersama mama kamu, tapi coba pikirkan ini baik-baik, Hans tidak akan mengizinkan kamu berkeliaran ke luar rumah, Bel." Bastian menatap mata Bella yang tampak sedang berpikir keras. Bastian berharap penjelasannya dapat membuat Bella kembali memikirkan rencananya untuk kembali ke jasadnya saat ini. "Pada akhirnya, kamu tidak akan bertemu mama kamu, mungkin untuk selamanya. Hans pasti akan memperketat pengamanan karena Thalia sudah lolos."

Dan pada akhirnya, Bella berhenti berpikir untuk kembali ke jasadnya. Dia hanya akan menatap mamanya dalam diam setiap hari seperti dulu, tapi Bastian berjanji akan selalu menyampaikan apapun yang Bella ingin katakan kepada mamanya. Bastian berjanji kepada Bella akan menjaga mamanya dan juga merawatnya.

Bastian kembali menatap Thalia yang sorot matanya masih memancarkan aura ketakutan. "Bella baik-baik saja, tapi dia sedang ada urusan untuk saat ini."

Thalia mengangguk. Dia berusaha mengerti urusan apapun yang sedang dilakukan Bella. "Jika Bella sudah selesai dengan urusannya, tolong suruh dia segera temui saya."

"Saya pasti akan segera menyuruh Bella menemui tante."

Bastian melirik ke arah jam dinding dan sudah menunjukkan jam tujuh pagi. Thalia belum memakan apapun sejak malam kemarin. Bastian memutuskan memasakkan bubur. Dia tau bubur yang dia masak ini pasti tidak akan enak, tapi dia tidak mempunyai apapun untuk dimasak. Hanya telur dan dia juga tidak bisa memasak telur. Sedangkan, Thalia sedang sakit dan pasti memakan bubur lebih cocok.

I'm In Love with A Shadow [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang