Chapter 18 - Give Up

2K 172 0
                                    

  'Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif...'

  Bastian melempar handphonenya ke atas kasur lalu, merebahkan tubuhnya. Sialan! Ini ketiga kalinya Sellena menonaktifkan handphonenya. Sellena sangat jarang menonaktifkan handphonenya apalagi di jam kerja seperti ini. Ini pasti karena Bastian. Tentu saja Sellena masih sangat kecewa dengan Bastian. Bayangkan saja, kalian ditinggal sendirian untuk mengurus orang pingsan dan Sellena sama sekali tidak mengenal perempuan itu. Bayangkan kalian ditinggalkan demi perempuan lain. Bastian sudah berkali-kali mencoba menghubungi Sellena, tapi perempuan itu menonaktifkan handphonenya.

  Bastian bangkit duduk lalu ide brilliant muncul di otaknya. Bastian segera berganti pakaian memakai kemeja berwarna navy dan celana jeans serta sneakers berwarna putih. Dia akan menjemput Sellena ke kantornya. Jika Sellena tidak mau mengangkat telepon Bastian maka, laki-laki itu yang akan mendatanginya.

  Dia pamit kepada Thalia yang tampak bingung karena Bastian tidak biasanya keluar rumah kecuali untuk kepentingan pekerjaan. Bastian menjelaskan kalau dia hanya akan ke rumah sahabatnya.

  Thalia mengangguk dan terseyum setelah mendengar penjelasan Bastian, "Hati-hati, Bas. Jangan pulang terlalu malam."

  Bastian tersenyum mendengar ucapan Thalia. Sudah sepuluh tahun dia tidak pernah mendengar ucapan lembut dan perhatian dari seorang ibu dan ucapan Thalia barusan membuat hatinya tersentuh. Tanpa sadar, Bastian memeluk Thalia dengan erat. "Terima kasih karena telah memperhatikan saya, tante."

  Thalia terkejut dengan pelukan Bastian yang tiba-tiba, tapi akhirnya perempuan itu membalas pelukan Bastian dan mengelus punggungnya lembut, membuat Bastian memejamkan matanya. "Saya senang bisa memperhatikan kamu, Bas. Kamu yang sudah menyelamatkan saya. Kamu telah membebaskan saya dari laki-laki kejam itu."

  Bastian melepaskan pelukannya lalu tersenyum menatap tatapan mata Thalia yang lembut dan penuh kasih sayang. "Saya pergi dulu, tante."

  Setelah mencium tangan Thalia, Bastian keluar rumah dan segera memasuki mobil Outlander Sportnya. Bastian menginjak gas dan mobil pun melaju membelah kota Jakarta yang cukup ramai pada sore hari seperti ini. Bastian kembali mencoba menelepon Sellena dan kali ini nomornya sudah aktif, tapi Sellena merejectnya. Bastian melempar handphonenya ke kursi penumpang dan meninju setir mobilnya. Dia merasa sangat bersalah saat ini. Dia merasa menjadi laki-laki paling brengsek karena mempermainkan perasaan sahabatnya.Well, pacarnya. Bastian harus mulai terbiasa memanggil Sellena pacarnya karena itulah kenyataannya.

  Setengah jam kemudian, Bastian sampai di depan gedung megah dan tinggi tempat Sellena bekerja. Sebuah perusahaan properti ternama dan sangat terkenal di Jakarta, milik ayah Sellena yang tinggal di Belanda. Sellena diperintahkan untuk melanjutkan bisnis ayahnya ini walaupun Sellena sebenarnya bercita-cita menjadi dokter, tapi karena dia begitu menyayangi ayahnya dan dia harus kembali ke Belanda jika tidak mau melanjutkan bisnis ayahnya maka, Sellena pun menuruti permintaan ayahnya. Tapi, satu hal yang sampai sekarang Bastian tidak tau yaitu salah satu alasan terbesar Sellena ingin tetap tinggal di Jakarta adalah karena Bastian. Sellena merasa tidak akan sanggup jika harus berpisah jauh dari Bastian.

  Bastian merasakan detak jantungnya berdetak lebih cepat ketika memasuki gedung megah ini dan disambut oleh seorang resepsionis yang dengan genit memainkan rambutnya ketika melihat Bastian berjalan ke arahnya. Bukan! Bukan karena resepsionis itu cantik atau mempesona hingga membuat jantung Bastian berdetak dua kali lebih cepat, tapi karena Sellena. Bastian takut kalau Sellena tidak mau memaafkannya. Bastian takut kalau Sellena akan memutuskan hubungannya. Bukan hanya hubungan cinta, tapi persahabatan mereka juga. Bastian begitu menyayangi Sellena sebagai sahabat hingga tidak mau kehilangannya.

I'm In Love with A Shadow [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang