Epilog

3.8K 215 6
                                    

  Bella membuka mata ketika pantulan sinar matahari membuat matanya silau. Dia meregangkan otot dan merentangkan tangannya lalu, berguling ke sisi kanan kasur untuk memeluk seseorang yang sudah tujuh tahun ini menemani hari-harinya, tapi dia merasakan tangannya malah kembali menyentuh kasur dan bukannya tubuh seseorang. Bella segera bangkit duduk dan menoleh ke kasur di sampingnya. Kosong. Kemana perginya Bastian?

  Sambil berusaha melawan kantuk, Bella bangkit berdiri lalu, memandangi wajahnya di depan kaca. Bella menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan. Dia merasa wajahnya sangat buruk ketika bangun tidur. Dia merasa kalau ada award untuk wajah paling jelek ketika bangun tidur, Bella yakin dia pasti akan memenangkan award itu. Tapi, Bastian selalu suka melihat wajah Bella ketika bangun tidur. Itu wajah alami Bella dan menurut Bastian istrinya itu sangat cantik bahkan mempesona yang membuatnya selalu jatuh cinta di setiap harinya.

  Bella mengikat rambutnya membentuk ponytail lalu melangkah keluar kamar. Aroma masakan membuat Bella mengerutkan dahinya. Siapa yang memasak sarapan di pagi hari seperti ini? Dengan penasaran, Bella mempercepat langkahnya menuju ke arah dapur dan menemukan Bastian dan Salma berdiri di dekat kompor sambil menggoreng sesuatu.

  Bella menghampiri mereka dan tersenyum, "Wah ada angin apa kalian bisa bangun sepagi ini?"

  Bastian dan Salma segera menoleh ketika mendengar suara seseorang. Bastian tersenyum sedangkan, Salma berjalan menghampiri Bella lalu memeluknya erat. Bella menggendong putrinya lalu mencium kedua pipinya dan membuat Salma tertawa yang membuat Bastian ikut tertawa. Bastian tidak akan pernah terbiasa dengan pemandangan ini. Dia akan selalu tersenyum dan hatinya menghangat melihat interaksi antara istri dan putrinya.

  Bastian tidak menyangka akhirnya dia menikah dengan Bella dan memiliki seorang anak. Bastian sangat bersyukur bisa menghabiskan sisa hidupnya bersama perempuan yang sangat dia cintai di dunia ini. Bastian bersyukur bahwa Bella yang akan menjadi ibu dari anak-anaknya. Bastian berharap ini semua tidak akan pernah berakhir. Bastian berharap hanya ajal yang akan memisahkan mereka.

  Salma turun dari gendongan Bella lalu, Bastian mencium kening Bella cukup lama, membuat Bella memejamkan matanya sejenak. Bella tidak pernah tau rasanya menjadi istri dan seorang ibu akan seindah ini. Bella tidak pernah membayangkan dirinya menikah dengan seseorang, tapi saat ini dia sudah menikah dengan laki-laki paling baik dan tampan yang pernah dia temui.

  Bastian melepaskan ciumannya lalu, memegang kedua pipi Bella. "Happy birthday, my wife."

  Bella tersenyum manis dan membuat Bastian terasa meleleh saat ini juga. Senyuman Bella benar-benar sangat indah dan dia rela memandangi senyumnya sepanjang hari. "Terima kasih, Bas."

  "Happy birthday, mama!" Salma berteriak sambil memeluk pinggang Bella.

  Bella mengusap pelan rambut Salma lalu mencium puncak kepala putrinya. "Terima kasih, sayang."

  Bastian mengalihkan pandangan ke omelette yang sedang dia masak. Bastian mengangkat omelette yang sudah matang lalu menyajikannya di atas meja makan. Bastian tidak bisa memasak. Masakan Bastian selalu asin atau bahkan kemanisan. Tapi, Bella selalu memakannya dan mengatakan kalau masakan Bastian enak. Bastian menoleh dan tersenyum lalu menarik kursi untuk Bella. "Ayo kita sarapan."

  Bella memandang suaminya bingung. Dia heran kenapa Bastian bisa seromantis ini. Selama ini, Bastian tidak pernah bersikap romantis. Hanya beberapa kali dan itu pun dapat dihitung dengan jari. Bastian memberi isyarat agar Bella segera duduk dan Bella pun menurutinya.

  "Papa, Salma juga mau dibukain kursi." Salma menunjuk kursi yang sedang diduduki Bella.

  Bastian dan Bella tertawa lalu, Bastian pun segera menarik kursi di samping Bella dan bertingkah seolah-olah mempersilahkan tuan putri. "Silahkan tuan putri."

I'm In Love with A Shadow [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang