Oleh : Septi Nofia SariBukan pasrah, apalagi menyerah
Hanya saja terlalu lelah
Biarlah semua, biarlah
Aku sudah lelahAku tahu,
dan teramat tahu
Tak mampu kuberontak pada sang waktu
Atau mencaci-maki takdir, yang berjuta kali mempermainkanku
Aku tahu,
teramat tahuBiarlah luka ini kusimpan sendiri
Biar saja ia melepuh, kemudian bernanah, menjijikkan dan ngeri
Tak perlu kusuruh pergi duri-duri yang tertancap pada gumpalan daging, bernama hatiSilakan saja ribuan sembilu bercanda ria pada celah-celah rasa yang tersisa
Menusuk kalbu yang telah lama pilu, hingga robek dan makin mengangaBiarlah seperti itu
Aku terkubur bersama lukaku
Ketika badai takdir menghempas badanku pada jurang terdalamku
Setengah jalanku merangkak bangkit, tatkala ia datang lagi dan menghempas kembali tubuhku
Lalu apa yang harusnya jadi harapku?Duh!
Luka-luka itu
Tuhanku tahu, dan Maha Tahu
Dia 'kan melambaikan tangan-Nya padaku
Menggenggam erat jemariku, kemudian bermesraan dengankuBukan pasrah, apalagi menyerah
Hanya saja terlalu lelahLalu apa yang jadi harapku?
Tuhanku.Magelang, 22 Juli 2017