Pada Suatu Waktu

48 5 0
                                    


Oleh : Septi Nofia Sari

Ma,
Pada suatu waktu di mana bumi merentangkan tangannya menarikku dalam dekapannya, mengundang burung-burung menyenandungkan kidung kematian, jangan ada setetes pun air keluar dari kelopak mata indahmu,

Jangan keluarkan sedu-sedan yang membuat bibirmu bergetar, memucat hingga dadamu sesak menolak udara mengaliri seluruh nadi,

Ma,
Cukup duduk di sini, temani saja jasadku yang mulai diguyur air perpisahan, dikumandangkan takbir ketika tubuh tanpa ruh terbujur berbalut kain bersih tanpa jahitan,

Ma, sampai dua aliran sungai membasahi pipi lembutmu, maka tenangku tak 'kan mengiringi,

Tersenyumlah, karena senyummu akan membuat Tuhan ciptakan satu surga untuk buah hatimu ini,

Doamu akan menghancurkan cerita-cerita bila dunia kubur itu penuh dera dan siksa,
Kuburku akan lapang, bertemankan doa-doa dari bibir tulusmu,

Tapi,
Jika ritmis hujan turun dari kelopakmu yang terpejam pedih, maka Izrail akan kena marahku, Ma
Dan surga indah itu tak 'kan menjadi hunianku,

Jangan, Ma
Jangan menangis

Percayalah, Ma
Saat kutulis sajak-sajak ini, hatiku remuk redam dipenuhi kepedihan,

Tapi, Ma
Jika pertemuan dan perpisahan adalah sekekal-kekalnya hukum alam,
Maka mampukah hukum itu kita lawan?

Pada suatu waktu di mana bumi merenggutku darimu, akan kuceritakan pada Tuhan, bahwa kau adalah seindah-indah perjuangan,

Bahwa kau telah mampu menjaga apa yang disebut titipan Tuhan, dengan kelembutan dan kasih sayang

Tersenyumlah, Ma

Senyummu adalah pengantar tidurku,

Magelang, 2 Agustus 2017

Poetry : Suara HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang