Oleh : Septi Nofia SariKali ini, biarkan kusampaikan pesan untuk manusia,
Kau manusia?
Maka dengarkanlah!Aku sakit. Parah.
Kau tahu apa itu pasak?
Diam. Beku. Tak bergerak,
namun terus bekerja
Menopang bangunan, menjaganya agar tak rubuhAku adalah pasak, menopang alam raya
Aku adalah seonggok tanah, menjaga keseimbangan langit dan bumi
Tubuhku menyimpan air, mengalirkannya pada tanah yang terhampar, dan dihamparkan Tuhanku
Maka aku harus tinggi menjulang, menghalau awan, menjadikannya hujanAh, biarkanlah kukenang masa lalu,
Masa-masa yang terlampau silam, dan bisuKeberadaanku dulu ditakuti, dianggap menyeramkan
Binatang buas, jin, setan, semua mendiami tubuhku
Pohon-pohon lebat terlihat menyeramkan, menambah kegaranganku
Itu dulu, sebelum manusia mengubah keadaankuKini,
Kemamang-kemamangku tak lagi ditakuti
Ular-ularku yang dulu membuatmu tunggang langgang, kini mereka yang melarikan diri karena perburuanmu
Auman-auman harimauku kini tak lagi menyurutkan hati, padahal dulu selalu menciutkan nyali
Keremangan dan kegelapanku telah mampu diatasi dengan senter dan aki,
Keindahanku terus kau gali, dan kau bangun villa-villa, buatku kesal hatiDan aku tetap patuh,
patuh pada Tuhanku,
Tanaman-tanaman petani kubuat subur,
Bunga-bunga indah kubuat bermekaran,
Bila musim hujan, airnya kutahan agar tak merobohkan hunian-hunianTapi kau terlalu rakus, sungguh aneh sifatmu dan semua manusia
Bila kau malaikat, maka akan lebih alim dari malaikat
Namun,
Bila kau binatang, maka kau lebih dari binatang
Dan bila kau setan, kau bahkan lebih dari setanAh, harusnya aku marah
Seluruh milikku telah dijarah,
Edelweisku telah kau curi, pohon-pohonku kau tebangi,
Mungkin memang benar, bahwa aku ini telah tua, pikun dan hampir matiAku sakit,
Kumisku telah dicabuti,
Mukaku dicakari,
Rambutku dijambaki,
Tubuhku dipotongi, dimutilasi
Aku ditendang, dipukul, ditempeleng, dilukaiAku sakit,
Teramat sakitTak dapat kubayangkan bila aku telah dikuasai kemurkaan
Di musim hujan, bila air tak kutahan, perkampungan akan terhantam
Pada kemarau, bila air tak kusimpan, kekeringan akan jadi hantu yang paling menakutkanHaruskah kau kuberikan peringatan?
Haruskah jembatan-jembatan kuputuskan?
Atau kukirim banjir dan longsor, melabrak desa hingga kau dicekam kecemasan?
Berapa nyawa yang harus mati kusia-siakan?
Bayangkan!Ah, sepertinya memang benar firman-Nya
_telah nampak kerusakan di muka bumi ini_Karena ulah kau, kalian, para manusia!
Magelang, 2 Agustus 2017