23.Baal?!

8.4K 539 19
                                    

Hari ini Iqbaal dan (Namakamu) akan menghadiri resepsi pernikahan Aldi dengan Caitlin.(Namakamu) berjalan beriringan dengan Iqbaal dalam sebuah gedung bernuansa silver.Banyak para pawarta yang menyorot kehadiran mereka,bahkan ingin mewawancarai.Namun secara halus Iqbaal meminta kepada para pawarta untuk sedikit memberi jalan,karena posisi istrinya-(Namakamu)-yang tengah hamil besar.

Sebenarnya (Namakamu) sudah tidak leluasa untuk berjalan,karena proses persalinannya hanya tinggal menghitung hari.Bahkan kini Ia tak menggunakan heels,tetapi Ia menggunakan flatshoes serta dress yang longgar agar perutnya nyaman.Sementara Iqbaal mengenakan jas berwarna hitam,dengan kemeja biru sesuai dengan warna dress yang (Namakamu) gunakan.

"Salamannya nanti aja ya,duduk dulu,aku nggak mau kamu kecapean berdiri karena terlalu lama ngantri."

"Perhatian banget sih suamiku ini."ucap (Namakamu) seraya mencubit kedua pipi Iqbaal.

"Iya dong,kan sayang."

"Gombal."

"Beneran tauk."

"Iya-iya percaya kok."

Setelah perdebatan tak masuk akal itu,Iqbaal menuntun (Namakamu) ke bangku bawah pohon.Tempat itu tak terlalu ramai,karena para tamu undangan sedang mengantri untuk mengucapkan selamat.

"(Nam)?"

"Iya?"

"Kamu beneran mau ngasih ucapan selamat buat Aldi?"

(Namakamu) mengerutkan keningnya,"kok nanya gitu?"

"Takut kamu masih suka aja sama Aldi.Kali aja kamu berniat buat nikung Caitlin,trus selingkuh dari aku."

Degh!
Jantung (Namakamu) berdesir hebat.Mengapa tiba-tiba Iqbaal membahas tentang dirinya dengan Aldi lagi?
Tatapan mata Iqbaal telah berubah.Menakutkan!
Ucapan Iqbaal memang halus,namun matanya setajam elang.Ini yang (Namakamu) takutkan.Iqbaal tak boleh kasar lagi.Iqbaal harus tetap romantis dengan (Namakamu).

"Rasain deh,masak baby-nya nendang terus."ucap (Namakamu) seraya menaruh tangan Iqbaal diatas perutnya.Namun Iqbaal segera menarik tangannya.

"Nggak usah ngalihin pembicaraan."
Tatapan Iqbaal masih mengerikan.Bahkan (Namakamu) kini sudah berkaca-kaca.

"Baal jangan bahas ini."lirih (Namakamu).

"Tapi gue mau bahas ini."

Hati (Namakamu) makin tak karuan.Bahkan Iqbaal menggunakan kata gue.

"Baal.."desis (Namakamu).

"Bisa hargain gue nggak?kalo ngomong liat orangnya,jangan nunduk."Iqbaal mendongakkan wajah (Namakamu) dengan jari telunjuknya,"lo suka sama dia?"

(Namakamu) menggeleng,air matanya lolos begitu saja.Perlahan tatapan mata Iqbaal berubah sendu.Iqbaal menjauh dari (Namakamu).Iqbaal menggeleng."(Nam)?"

(Namakamu) tak merespon,Ia malah menunduk dan terisak.Iqbaal mendekatkan posisinya pada (Namakamu).Ia merengkuh tubuh (Namakmu).Memeluknya erat.Kata maaf berdesis dari mulutnya,namun (Namakamu) masih saja terisak dalam dekapannya.

"Hiks..jangan gitu..hiks..aku..hiks..aku nggak..nggak suka."

"Maaf..maaf sayang,please aku bener-bener minta maaf.Aku nggak tau apakah aku udah gila apa gimana,aku nggak tau,tapi..tapi aku nggak suka kamu ketemu Aldi.Aku...aku takut kamu pergi (Nam).Aku takut,aku mau kamu sama aku.Aku sayang kamu.Aku cinta kamu.Maafin aku.."

"Aku juga sayang kamu.Tapi aku mohon,jangan kayak gitu sama aku.Aku nggak suka."

Iqbaal mencium puncak kepala (Namakamu),"aku nggak bisa janji,karena aku nggak mau bohongin kamu.Tapi aku janji,aku akan berusaha buat lebih baik.Aku janji."

*

Iqbaal dengan kesal menaruh sepiring nasi goreng buatannya ke atas meja makan.Bagaimana mungkin Ia tidak kesal,tidur pulasnya terganggu karena (Namakamu) terus merengek meminta dibuatkan nasi goreng.Alhasil Iqbaal menurutinya.Namun saat nasi goreng telah siap,(Namakamu) enggan untuk memakannya.Ia malah berkata bahwa untuk saat ini Ia malah ingin melihat Iqbaal memakan nasi goreng itu.Dengan gusar Iqbaal memakannya.

"Kalo makan itu ati-ati,jangan buru-buru nanti keselek tau rasa."

Iqbaal memberhentikan aktivitasnya sejenak,menatap (Namakamu) tajam,kemudian melanjutkan memasukan sesendok nasi kedalam mulutnya.

"Kalo sarapan itu simple-simple aja.Bisa pake roti,atau kalo kamu bosen,bisa bikin omelet,dikulkas banyak telur kok.Tapi kalo abis ya kamu harus beli."

Iqbaal menautkan kedua alisnya.

"Kenapa jadi ngasih tau aku tentang sarapan?aneh deh kamu."

"Ya kan nggak selamanya kamu bergantung sama orang.Nggak selamanya juga aku disamping kamu.Jadi kamu harus bisa urus diri kamu sendiri."

Mata Iqbaal memanas.Apa maksud kata-kata (Namakamu)?Apakah (Namakamu) akan meninggalkannya?Atau memang (Namakamu) sudah berencana untuk menceraikannya saat anaknya lahir nanti?

"Maksud kamu apa?kamu mau kemana?kamu mau ninggalin aku?"lirih Iqbaal.

Rahang Iqbaal mengeras.Telapak tangannya mengepal.

'Braakk!'

Kepalan tangan kanannya menggebrak meja.(Namakamu) tersentak.Perlahan Iqbaal bangkit.Menjauh dari (Namakamu).Ia menendang sebuah kursi hingga terdengar suara nyaring.(Namakamu) memperhatikan Iqbaal dengan tenang.Lambat laun,hal seperti itu bukan hal asing lagi bagi (Namakamu).

"Apa kamu pernah mikir?!Apa kamu pernah mikir,gimana kalo suatu saat anak itu nanyain kenapa dia beda!kenapa anak lain punya orang tua lengkap tapi dia enggak?!kamu mau jawab apa?!Kamu mau jawab apa sama anak itu?!"tanya Iqbaal penuh penekanan.

"Anak ini punya orang tua yang lengkap,jadi dia nggak akan nanya kayak gitu."jawab (Namakamu).

Iqbaal menggeleng tak percaya,"maksud kamu apa?kamu mau cerai dari aku setelah anak itu lahir kan?kamu mau bawa dia pergi dari aku,iya kan?!"

"Nggak!aku nggak akan bawa dia pergi.Dia tetep bisa liat siapa ayahnya."

Apa lagi ini?!
Iqbaal semakin bingung dengan (Namakamu).
Jika (Namakamu) memang ingin bercerai dengan Iqbaal,mengapa Ia tak akan membawa anak itu?
Oh..mungkin saja (Namakamu) memang ingin berpisah dengan Iqbaal,namun anak itu Ia serahkan pada Iqbaal.
Kira-kira seperti itulah pemikiran Iqbaal.

"Aku mau kamu kasih nama dia Bintang.Karena aku mau,anak kita sekuat Bintang.Nggak peduli dia sendirian atau rame-rame,dia tetap bersinar.Dia tetap jadi pusat bahagia bagi semua manusia."

(Namakamu) menghampiri Iqbaal.Namun Iqbaal berjalan mundur,Ia tak mau melukai (Namakamu) lagi.(Namakamu) masih berjalan menghampiri Iqbaal,hingga punggung Iqbaal menabrak tembok.(Namakamu) mengusap dada bidang Iqbaal.

"Jangan pernah kasar sama Bintang.Jangan pernah bentak Bintang.Jagain Bintang.Sayangi Bintang seperti kamu menyayangi diri kamu sendiri.Berubah buat Bintang Baal,jadi lebih baik buat Bintang."ucap (Namakamu).

My Idol Is My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang