Één

3.1K 300 35
                                    

Jihoon sudah berdiri di ujung atap sekolahnya. Langit malam itu gelap, tanpa bintang ataupun rembulan. Bagai tumpahan tinta yang tak tau dimana ujungnya. Dan juga bagai hatinya kala itu. Kacau.

Kadang, terlintas di fikiran Jihoon, kenapa tuhan memberinya hidup yang terlalu panjang. 17 tahun lamanya, dan selama ini dia tidak pernah memberikan manfaat apapun di dunia. Apakah tuhan senang melihat dirinya menderita?

Inilah akhirnya. Fikir Jihoon.

Dia mengecek handphone untuk terakhir kalinya. Masih belum ada pesan atau telepon masuk bahkan satu pun. Ibunya yang tidak pernah mengkhawatirkannya itu membuat tekad Jihoon semakin kuat.

Dia menutup mata, tinggal satu langkah lagi, maka selesai sudah. Dia telah menutup 17 tahun hidup penuh penyesalannya.

"Mata lu ga usah ditutup."

Sontak Jihoon segera membuka kembali kedua matanya. Kepalanya menelusuri sepanjang atap gedung sekolahnya itu, namun tidak dia temukan sosok yang tadi memanggilnya.

Jihoon meneguk ludah. "Siapa disana?!" Jeritnya kemudian.

Bukannya jawaban, yang terdengar hanyalah sebuah kepakan sayap yang mendarat perlahan di sampingnya.

Jihoon menoleh, dan tampaklah seorang pemuda, wajahnya blasteran, yang jauh lebih tinggi darinya. Pemuda tersebut mengenakan pakaian serba hitam membuat kulitnya berkilauan di tengah kegelapan.

Hanya seeorang pemuda normal, sampai akhirnya mata Jihoon terpaku pada punggung orang tersebut. Di bagian punggungnya terdapat sepasang sayap hitam besar. Mengepak layaknya sesosok malaikat.

Dia ini apa?

"Bukannya lebih bagus jika lu buka mata dan lihat sendiri saat-saat terkahir lu sebelum mati?" Sang pemuda itu kemudian duduk di pinggiran atap sekolah.

"Dan lu, kayaknya gak perlu juga repot-repot bunuh diri."

Jihoon memiringkan kepalanya,apa maksud cowok itu?

"Soalnya ajal lu udah ditentukan akan datang, tujuh bulan lagi."

[✔] [i] [Park Jihoon] || CinderellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang