Cahaya pagi perlahan menusuk kelopak Jihoon. Ia melirik jam yang sudah menunjukkan pukul sembilan kurang. Berangkat sekarang pun percuma, dia toh masih akan terlambat.
Masih dalam posisi berguling di kasur, Jihoon memegang kepalanya. Lagi-lagi dia memimpikan seorang pria blasteran dengan sayap pekat seperti malaikat.
Tangan Jihoon perlahan turun hingga menutupi matanya. Ia menutup kembali kedua kelopaknya. Bersatu dengan kegelapan. "Haha, daripada malaikat mah, dia lebih kayak kelelawar." Gumam Jihoon kemudian.
"Mana ada kelelawar yang ganteng kayak gue."
Jihoon tersentak. Iya, pendengerannya merasa familiar dengan suara itu. Walau otaknya berusaha keras menyingkirkan fikiran itu dari benaknya, namun hatinya berdetak terlalu kencang. Batinnya pun turut meyakini, itu benar suara sang Malaikat Maut.
Walau ingin, Jihoon memutuskan untuk tidak menggubrisnya. Lalu, Jihoon merasakan seseorang duduk di kasurnya. Perlahan, tangan orang itu menyentuh tangan Jihoon. Sontak Jihoon menepis tangannya dan lompat menjauh.
"Lai Guanlin!!!" Jihoon menjerit kesal.
"Seneng deh, lu inget nama gue." Jawab Guanlin santai lalu memamerkan cengirannya.
"Ngapain lo di kamar gue?!"
"Kan gue udah bilang, gue bakal bantu lo buat benerin keluarga lo." Guanlin turun dari kasur kemudian berjalan ke arah Jihoon.
"Keluarga gue udah lama hancur! Hancur sampe ke akar-akarnya! Lu ga bakal bisa benerinnya! Ga akan!"
Guanlin memiringkan kepalanya heran. Ia menyimpan kedua tangannya di saku. "Iya, keluarga lu ga akan pernah bener."
Jihoon melotot tajam sementara jarak di anatar mereka berdua semakin tipis.
"Keluarga lu ga akan pernah bener, Hoon."
Perlahan amarah seorang Park Jihoon tergantikan oleh rasa sedih yang teramat dalam. Iya, gue tau keluarga gue ga akan bisa seperti dulu lagi, tapi, kalo dibilang begitu di depan mata gue, sakit rasanya. Otak udang!
Ketika pemuda itu hanya bisa terdiam menatap lantai, Guanlin menyentuh dada Jihoon perlahan. "Gimana keluar lu mau bener? Kalo lu belum belajar buat mencintai mereka."
Giliran, kali ini Jihoon yang menatap Guanlin keheranan.
"Ya, maksud gue coba deh, masa lu ga punya saudara jauh yang lu sayangi gitu?"
"Ya, ada sih, cuma emang perlu banget ya gue kasih tau sama lu?"
"Lu mau ga keluarga lu jadi lebih baik?"
Bohong kalau Jihoon bilang dia gak mau. Walau bagaimanapun juga, Jihoon rindu rasanya kembali disayang oleh ibunya. Sangat.
"Ada, tapi dia tinggal di kota sebelah. Ga jauh banget sih. Kalo naik bis, mesti ganti bis dua kali terus makan waktu empat jam-an."
"Ya udah, langsung aja!" Guanlin menarik tangan Jihoon dengan nada kelewat semangat.
"Heh, terus sekolah gue gimana????"
"Halah kayak lu niat sekolah aja."
Pria gembul itu merasa tersinggung. Tapi apa yang diucapkan pemuda setengah gaib ini ada benarnya juga....
"Lagian ya, dimana-mana keluarga itu jauh lebih berharga daripada pendidikan."
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Eh, Shu mau minta saran dong :((
Enaknya Shu update tiap Rabu,
tiap Sabtu, atau Rabu-Sabtu
aja sekalin????Makasih :** salam cinta
dari calon istri Linnie ;*
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] [i] [Park Jihoon] || Cinderella
Krótkie Opowiadania[ⓒⓞⓜⓟⓛⓔⓣⓔⓓ] #CinderellaSeries01 : Lalu kau datang dan memberiku keajaiban ----- ⚠PanWink vs PeachWink⚠