Achttien

553 104 27
                                    

"Lin, lu dimana? Please jangan tinggalin gue. Sekarang gue cuma punya lu."

-----

Guanlin menengadah. Entah sudah beberapa hari ini pemandangan yang ia lihat sebatas itu-itu saja. Pada bagian atas, samping, juga belakangnya hanya terdapat susunan balok-balok batu bata abu-abu. Terlihat banyak lumut sudah menjalari permukaan batu bata tersebut. Sementara di depannya, terpahat kuat rangkaian-rangkaian besi berwarna merah gelap.

Tidak salah lagi. Dinilai dari cahaya redup di ruangan ini serta bau-bau apaknya, Guanlin sekarang sedang berada di penjara bawah tanah dunianya. Dia memegang kepalanya yang masih memar. Perlahan ia mencoba mengingat kilas balik mengapa ia bisa terdampar disini.

Pandangan Guanlin mulai buram. Perlahan wajah Jihoon yang berada di depannya menghilang. Digantikan oleh berhektar-hektar ruangan hampa udara dengan batu-batu besar sebagai penghiasnya. Guanlin sudah kembali ke alamnya.

Jantung Guanlin masih bergetar pelan dengan napasnya yang memburu tak karuan. Tentu saja ia lelah setelah menghabiskan seluruh energinya di alam manusia. Bukan hanya karena lelah, karena pernyataannya barusan jugalah Guanlin menjadi tak karuan begini.

Akhirnya gue nyatain cinta ke Kak Jihoon, apa kira-kira jawabannya.... Ah udah pasti ditolak kan ya?

Kemudian, terasa getaran kedua yang berbeda dari getarannya yang sebelumnya. Ya, setelah kembali ke alamnya, bagai handphone yang sedang di charge Gualin bisa merasakan hantaran listrik yang mengisi kembali kekuatannya.

Di saat Guanlin sedang menikmati sensasi mengisi ulang kembali energinya, seseorang mendekati pemuda Taipei itu dari balik bayang. Melihat wujud makhluk itu, Guanlin buru-buru berlutut hormat.

"Paduka Jisung, ada gerangan apakah anda kemari?" Guanlin menyapa hormat atasannya itu.

Yoon Jisung, salah satu atasan Guanlin melemparkan senyum tipis. "Lai Guanlin. Justru saya yang harus bertanya, ada gerangan apa engkau kembali setelah pergi selama dua tahun lebih?"

Guanlin meneguk ludahnya. Perlahan keringat dingin membasahi daerah tengkuknya. Dia tidak mungkin kan mrngatakan dua tahun belakangan ini menguntit seorang manusia telah menjadi pekerjaannya.

"Lai Guanlin."

Guanlin hanya bisa menunduk semakin dalam menolak untuk menjawab. Jisung menggeleng seraya berdecih kecil. Ia menaruh tongkat panjangnya di bawah dagu Guanlin lalu menaikkan wajah pemuda itu hingga kedua iris mereka bertemu.

"Saya tanya sekali lagi wahai malaikat maut junior didikanku. Apa yang kau lakukan dua tahun belakangan ini?" Nada Yoon Jisung kini lebih keras daripada sebelumnya. Namun Guanlin tetap keukeuh tak ingin membuka suara.

"Bagus." Yoon Jisung tersenyum sinis. Dia menggerakkan tangannya ke arah udara kosong, ketika Jisung melakukannya kumpulan cahaya kecil mulai mengelilingi tangan Jisung. Kemudian, dari udara kosong itu perlahan terbentuk sebuah kertas foto. Masih dengan senyumnya, Jisung memperlihatkan foto itu pada Guanlin.

Mata Guanlin membola, tidak salah lagi. Itu adalah foto Jihoon. Namun, mengapa?

Yoon Jisung membuang napas kasar. "Saya, ah tidak, kami semua sudah tahu dua tahun belakangan ini engkau hanya mempermalukan perkerjaanmu sendiri, Lai Guanlin. Engkau dibangkitkan kembali sebagai seorang malaikat maut bukan untuk mengintipi makhluk lemah ini."

Guanlin rasanya ingin mencekik Jisung sekarang juga. Jihoon bukan lemah! Dia hanya rapuh!

Seakan mengabaikan ekspresi kesal yang tak tersembunyikan dari Guanlin, Jisung tetap melanjutkan kata-katanya. "Kau tahu kan apa konsekuensinya jika seorang malaikat maut terlalu terikat pada manusia?"

[✔] [i] [Park Jihoon] || CinderellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang