Zestien

585 101 13
                                    

"Karena, Park Jihoon, balas dendam adalah buah termanis di dunia." Ujarnya lantas tersenyum. Sebelum akhirnya membalaskan dendam lamanya kepada seorang Park Jihoon.

-----

Pusat dunia Jihoon adalah Daniel. Yang membuat Jihoon berubah adalah Daniel. Begitu pula yang memberinya harapan untuk hidup. Kang Daniel. Hanya Kang Daniel. Kini, setelah hubungan mereka hancur bagai piring yang lepas dari genggaman, hidup Jihoon kembali seperti dulu. Kusut tak berbentuk.

Kabar burung mengatakan Pak Jisung sudah kembali dan kini Pak Daniel sudah pergi dari sekolah mereka. Perasaan seperti ingin mengeluarkan seluruh isi perutnya selalu menguasai Jihoon tatkala melewati ruang BK. Kembali teringat betapa bodohnya ia dulu yang mudah percaya hanya untuk dikhianati.

Di sisi lain Park Jihoon bersyukur atas kembalinya Pak Jisung, karena dengan begitu dia tak akan melihat Pak Daniel, atau dikuntit, seperti dulu.

AH! Jihoon sudah tak mau mengingatnya lagi! Kumohon otak tolong jangan mengingat kembali masa lalu itu.

"Park Jihoon?"

"Alpha, Bu."

Entah sudah berapa hari ini dia membolos kelas. Baginya, dia sudah positif tak akan naik kelas. Jadi, untuk apa terus memperjuangkan absensinya?

"Ahn Hyungseob?"

"Sakit, Bu."

Begitu pula seorang Hyungseob yang semakin hari semakin paranoia menuju ke sekolah. Beragam alasan ia keluarkan, hanya untuk menghindari ketakutan terbesarnya.

Hari ini dengan langkah gontai dan beban besar di hatinya, ibunya memaksa seorang Hyungseob untuk ke sekolah. Tentu, ibunya tak tahu kalau anak semata wayangnya ini korban penindasan, Hyungseob adalah anak yang tertutup. Dan itulah kelemahannya.

Hyungseob takut. Kakinya selalu bergetar hebat bahkan jika mengingat wajah Jihoon. Karena itulah alih-alih masuk ke kelas, ia berjalan melewati lorong kosong menuju kantin.

Kalau Jihoon ibarat singa, maka Hyungseob hanyalah seekor zebra yang terpisah dari kelompoknya. Kalian tau bagaimana jika singa dan zebra sudah bersua.

Ya, Hyungseob tak sengaja bertemu Jihoon yang sedang menghisap rokoknya di lorong itu.

Lari.

Harusnya itulah yang Hyungseob lakukan. Namun apa daya rasa takut membuat beratnya menjadi berkali lipat.

"Apaan?" Jihoon menatap kosong calon korbannya, ia lalu membuang rokoknya dan menginjaknya. "Lu mau ngelaporin gue ke guru?" Perlahan Jihoon menggeret kakinya menghadap Ahn Hyungseob.

"Oh.... Gue tau......" Netra kedua insan itu kini bersitatap. "Lo sengaja dateng ke gue karena minta banget dijadiin samsak ya?"

Enggak. Hyungseob tak ingin merasakan sakit lagi. Ia harusnya menggeleng, tapi ketakutan bahkan membuat keras persendian di daerah lehernya.

Melihat reaksi ketakutan Hyungseob hasrat Jihoon untuk melampiaskan rasa kesalnya semakin memuncak. Begitulah hakikatnya, yang kuat menindas yang lemah, semakin terlihat ketakutanmu semakin senanglah mereka mempermainkanmu.

"Hyungseob-ah~ main yok~"

-----

Euiwoong mengecek notifikasi line-nya. Dia menunggu kedatangan tetangganya sekaligus kakak kelasnya, yang tak lain tak bukan ialah Hyungseob.

Aneh. Karena saat Euiwoong bertanya kepada teman sekelasnya sewaktu jam istirahat tadi teman sekelasnya bilang Hyungseob tidak masuk sekolah karena sakit. Tapi baru saja Hyungseob mengirim pesan kepada Euiwoong untuk menunggunya di kelas Euiwoong.

[✔] [i] [Park Jihoon] || CinderellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang