Seiringan dengan perjalanan mereka kembali ke rumah, sinyal juga kembali menghampiri telepon genggam Jihoon.
Empat kali handphone nya bergetar menandakan empat pesan masuk. Jihoon meraih handphone nya.
KkkGgKlnc BEGO!!!
Tapi gue lebih kecewa sama diri gue sendiri.KkkGgKlnc BEGO!!!
Yang cuma bisa bikin lu kecewa, nyakitin lu, enggak pernah menghargain perasaan lu. Ini egois, tapi gue ga mau kehilangan lu, Hoon.KkkGgKlnc BEGO!!!
Karena gue sadar sekarang, rasa sayang gue ke elu ini bukan pura-pura. Lu boleh ragu atau gak percaya, tapi emang begini adanya.KkkGgKlnc BEGO!!!
Permintaan gue cuma satu. Walau gue sudah enggak di sisi lu lagi, berbahagialah. Karena kebahagiaan lu yang paling utama.Jihoon tau ia kecewa dengan semua perlakuan Daniel padanya selama ini. Namun yang namanya rasa, tak bisa hilang begitu mudahnya walau sudah dipaksa. Jihoon memeluk lengan Guanlin dan menangis disana.
Saat rumah Jihoon sudah nampak di kejauhan, Guanlin menunjuk genangan air hujan tidak jauh dari tempat berdiri mereka."Hyung, mau cuci muka dulu? Sembab gitu."
Jihoon mencubit lengan makhluk berdarah Taiwan itu. "Ish, jorok."
Guanlin tertawa lepas. "Canda, canda. Nih." Guanlin menawarkan sebotol air kepada Jihoon.
"Air bersih kan?"
"Ya iyalah masih bening gitu!"
"Masih keliatan sembab?"
"Banget."
Jihoon menepuk-nepuk pipinya pelan. Dia tidak ingin kelihatan lemah dengan menangis. Jihoon melihat bayangannya dari kaca. "Ah keliatan banget."
"Ya udah sih, gak selamanya nangis itu jelek, kan?"
"Iya, tapi nangis bikin gue makin jelek kan?"
"Bener juga."
Jihoon meninju lengan Guanlin lagi. Dia heran, semasokis apa sih Guanlin ini kayaknya seneng banget disiksa Jihoon?
Sesampainya di halaman rumah, ia disambut oleh serudukan seekor beruang. Kang Daniel tiba-tiba muncul dan memeluk Jihoon dengan eratnya. "Syukurlah lu selamat Hoon. Hoon lu gak tau seberapa panik gue pas liat berita di koran tentang lu. Pas pesan gue bahkan gak kekirim ke lu. Pas liat ada banyak polisi di rumah lu. Gue gak mau kehilangan lu...."
Guanlin menarik Jihoon lepas dari pelukan Daniel sebelum pemuda tujuh belas tahun itu menangis lagi. Terlebih lagi, jika Jihoon menangis kali ini kan Jihoon akan menangis di pundak Daniel, Guanlin tidak rela.
Daniel melotot tak senang ke arah Guanlin.
"Maaf ya, Om. Tapi om nya meluk Jihoon kekencengan. Kasian ntar anaknya mati." Guanlin melemparkan fake smile-nya.
Sebelum peperangan pecah kembali Jihoon segera menghentikannya. "Lagian, Kak, ada yang mau gue omongin ke elu." Ujar Jihoon lalu menatap Daniel lama.
Daniel diam mendengarkan.
"Gue masih sayang juga sama lo."
Pernyataan tersebut membuat Daniel terbang jauh tinggi ke angkasa raya. Membuat senyumnya merekah tak tertahan.
Jihoon belum selesai. "Tapi gue maunya kita jaga jarak dulu mulai sekarang."
Ah, gila baru kali ini Daniel merasakan terbang tinggi lalu dijatuhkan. Tapi Daniel memaklumi tindakan Jihoon. Setelah dikhianati sedemikian rupa siapa yang tak trauma?
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] [i] [Park Jihoon] || Cinderella
Krótkie Opowiadania[ⓒⓞⓜⓟⓛⓔⓣⓔⓓ] #CinderellaSeries01 : Lalu kau datang dan memberiku keajaiban ----- ⚠PanWink vs PeachWink⚠