Vijftien

585 104 18
                                    

Hours Before "Midnight"

Malam itu Guanlin berpulang. Bukan, bukan dalam artian meninggal, karena Guanlin kan memang sudah lama tak berjasad lagi. Ia pulang ke asalnya. Ke tempat yang sangat jauh tuk dicapai.

Malam itu Jihoon kehilangan salah satu semangat hidupnya. Orang yang beberapa bulan belakangan ini selalu menggentayanginya. Orang yang selalu berjuang demi kebahagiannya.

Jihoon sedih. Namun tak menangis.

Karena fikirnya toh, ini hanya sementara. Lai Guanlin pasti akan kembali.

Tak terasa Jihoon tertidur begitu saja. Ia kembali jatuh ke dalam kegelapan fananya. Tak ada mimpi untuk hari ini. Tak mengapa, Jihoon toh memang sudah muak bermimpi. Karena semua mimpinya sudah tak ada maknanya sekarang.

Pagi menjelang. Entah mengapa hari ini Jihoon terbangun lebih awal dari biasanya. Ia melirik sedikit handphone-nya dan senyum kecil terukir pada wajah pria itu.

Satu pesan masuk dari KkkGgKlnc BEGO!!!

Hal apapun yang berhubungan dengan Kang Daniel bahkan hal sekecil itu pun kini bisa membuat seorang Park Jihoon bagai berada di taman bunga.

HyngGgKlnc BEGO!!! :
Hoon, hari ini enggak usah ke ruangan BK dulu ya.

KkkGgKlnc BEGO!!! :
Gw ada urusan di luar soalnya. Janji deh, besok habis sekolah kita kencan ya?

Prk Jihoon :
Janji ya :((

Prk Jihoon :
Siapin duitnya kalo gitu hehe. Ada banyak nih restoran yang mau Jihoonie kunjungin :3

Jihoon menghela nafas kesal. Sekarang Kang Daniel itu bagai pusat semestanya. Mendengar kabar keabsenan guru favoritnya itu membuat semangat sekolah Jihoon mengambang dan buyar begitu saja.

Tapi mengingat ibunya yang seorang pengangguran dan otomatis akan selalu ada di rumah. Juga, Guanlin yang biasa menemaninya kini sudah tak ada lagi, Jihoon pun memutuskan untuk berangkat walau dengan setengah semangat.

Waktu cepat berlalu, tidak seperti hari biasanya yang hanya dia habiskan dengan berbengong ria ketika jam pelajaran, kini Jihoon semakin rajin dalam mengikuti pelajaran. Terlihat dari buku tulisnya yang tidak sekosong hatinya.

Saat Jihoon sedang asyik menyalin catatan dari Pak Daniel ketika jam istirahat, tiba-tiba seseorang menghampiri pemuda itu dan mengetuk pelan meja Jihoon dengan menggunakan kuku telunjuknya. Jihoon mendongakkan kepalanya hingga kedua mata mereka bertemu.

"Euhm... Siapa ya? Ganggu banget." Tatap Jihoon sinis sementara tangannya menandakan pengusiran terhadap pemuda di depannya itu.

"Ga sopan." Balas pemuda itu lantas tersenyum. "Gue udah lama merhatiin lu. Lu kasar dan ganggu kenyamanan sekolah lah. Setiap hari gue berdoa moga lu di DO aja sekalian."

"Oh ya makasih." Balas Jihoon tak kalah acuh dan melanjutkan catatannya.

Pemuda itu mengangkat dagu Jihoon dengan tangannya membuat kedua mata mereka kembali bertemu. "Tapi akhir-akhir ini lu jadi manis banget Hoon. Kayaknya ini karma dari kebencian gue, sekarang gue jadi ga bisa ngelepasin tatapan gue dari lu."

Jihoon bengong. Oh, bagus, kemaren Guanlin. Sekarang cowok asing ini juga. Kenapa Jihoon jadi tiba-tiba banyak yang ngeceng gini?

"Sorry, udah taken." Jihoon menepis tangan pemuda asing di depannya. Ia memutar mata malas.

Pemuda itu mundur perlahan. "Gue Kwon Hyeop, kakak kelas lu. Kalo lu senggang, ntar kita makan tteokbokki bareng."

[✔] [i] [Park Jihoon] || CinderellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang