Tien

747 120 39
                                    

Hari berganti minggu, minggu berganti bulan. Kini sudah tepat sebulan Jihoon selalu mampir ke ruangan Pak Daniel setiap pulang dan istirahat sekolah. Membuatnya tidak ada waktu lagi untuk menyalurkan hobinya menindas seorang Ahn Hyungseob.

Akibat sudah lama tidak menyentuh buku, mata Jihoon selalu berputar rasanya melihat teks-teks tersebut. Jihoon bahkan pernah menyerah dan gak mau lagi belajar, tapi dengan entengnya Pak Daniel menjawab, "Hoon, kamu tau kan, kamu itu bandel banget, bahkan bisa di DO kapan aja? Kalau kamu bego begini sudah gak ada lagi alasan sekolah buat mempertahankanmu."

Sebenci apapun dia dengan sekolah, dia juga tidak ingin diberhentikan secara tidak hormat begitu saja. Apalagi jika ibunya tau, semakin parahlah perlakuan ibunya padanya.

Tapi ya, lumayan juga sih, berkat les privat dengan Pak Daniel setidaknya nilai Jihoon sekarang membaik. Walau cuma angka 3.

Jihoon meregangkan badannya setelah mengerjakan tugas matematika. "Gue jadi kepikiran deh."

Pak Daniel yang sibuk mengoreksi jawaban matematika Jihoon mengalihkan pandangannya kepada pemuda tersebut. "Hm?"

"Anak bandel kan banyak nih di sekolah ini. Kenapa cuma gue yang Bapak bantu?"

Pak Daniel tersentak mendengar pertanyaan Jihoon. Dengan cepat ia memikirkan sebuah alasan lalu menjawab dengan mulusnya. "Soalnya dari pertama melihatmu, saya sudah mikir kamu itu seperti matahari yang menjadi pusat hati saya."

Spontan Jihoon melemparkan buku cetak matematika 200 halamannya. "Gombal so much!" Lalu dia meninggalkan ruangan begitu saja.

"Woy, Hoon! Matematika kamu gimana ini??? Masa salah semua?!?!?" Jerit Kang Daniel ketika anak itu meninggalkan ruangan.

Tak lama setelah itu handphone nya perlahan berdering, dengan ringtone bunyi dengusan anak kucing, menandakan sebuah pesan masuk.

-----

+6285756xxxxxx

UnKnown : Jadi, bagaimana kabar Park Jihoon? Saya rasa anda mengurusnya dengan sangat baik, ya.

Ya, dia lumayan berkembang daripada pertama kali saya bertemu dengannya.

UnKnown : Apakah dia sudah menceritakan masalahnya kepada anda?

Belum, dia belum terbuka kepada saya.

UnKnown : Uangnya sudah saya transfer ke akun anda. Terima kasih.

Baiklah, terima kasih atas kerja sama anda.

-----

Inilah alasan sesungguhnya mengapa Daniel begitu menaruh perhatian kepada seorang Park Jihoon. Dia tidam mungkin dengan teganya menjawab, saya peduli karena saya dibayar untuk itu, bukan? Jika bukan karena uang, tidak mungkin dia rela menginvestasikan waktunya untuk mengurus seonggok manusia yang bahkan bukan tanggung jawabnya itu.

Tapi, mengapa ya, semakin lama, semakin sayang Daniel dengan seorang Jihoon. Entah bagaimana reaksi Jihoon jika dia mengetahui betapa munafiknya Daniel selama ini.

Disaat Daniel larut dalam lamunannya, pintu kembali terbanting membuka. Daniel dengan cepat menutup kembali handphone nya.

"Gak, gue gak disini buat belajar matematika lagi." Jihoon menyilangkan tangannya di depan dada. "Pak, lu kan pernah bilang kalo gue ada masalah gue bisa cerita sama lu. Jadi temenin gue jalan-jalan yok, Pak."

[✔] [i] [Park Jihoon] || CinderellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang