10. Senyuman Indah Itu.

161 16 5
                                    

"Gimana, rencana lo buat celakain sahabatnya Ben berhasil?."

"Sangat-sangat berhasil, tenang aja, dia udah masuk rumah sakit kok." Jawab gadis yang sedang menikmati Lemon Tea di sebuah Caffe.

"Bagus." Saut seorang gadis yang berada di depannya dengan menyeruput secangkir Hot Vanilla Latte nya.

Kedua gadis itu menikmatin Minuman dan Makanan yang sudah mereka pesan di Cafe tersebut.

Mereka adalah biang dari masuknya Adzani kerumah sakit dan mengalami pendarahan di bagian kepalanya.

###

RS. Jakarta Internasional.

Kedua orang tua ini sedang berjalan dengan wajah panik dan terburu-buru menerusuri koridor rumah sakit untuk mencari keberadaan Adzani dan Ben.

Terlihat Luna, Herry, Astrid dan Leo yang sudah sampai di depan ruang UGD rumah sakit. Mereka melihat sosok Ben berjongkok dengan menenggelamkan kepalanya menggunakan kedua tangannya itu.

"Sayang, kenapa bisa seperti ini?." Tanya Luna yang sudah tidak bisa menahan air matanya.

Ben tidak menjawab, ia hanya bisa menggeleng saja tanpa mengangkat kepalanya untuk bertatap wajah dengan orang tuanya.

Melihat anaknya yang sedih, Astrid mendekat kearah Ben dan berjongkok megikuti posisi anaknya.

Astrid mengelus lembut kedua lengan Ben.
"Udah sayang, Adzani sudah di tanganin sama Dokter didalam."

Mendengar suara sang Mama, Ben sontak mengangkat kepalanya, dan merangkul tubuh sang Mama.
"Ben gak bisa jagain Zani Ma."

Astrid merasa kaget melihat anaknya yang menangis seperti ini. Ia mengelus lembut punggung anak cowok satu-satunya itu.
"Anak Mama gak gagal jagain sahabatnya kok, ini bukan kesalahan kamu, ini semua udah jalan-Nya sayang. Sekarang Adzani cuma butuh doa dari kita, biar dia bisa lewatin ini semua."

Ben mengangguk, perlahan melepas rangkulan itu, dan menghapus air matanya.

Ia berdiri, menghampiri Luna, lalu memeluknya.
"Maafin Ben Ma."

Luna membalas peluk itu dan mengelus lembut punggung.
"Sudah sayang, kita berdoa semoga Adzani baik-baik saja ya."

Ben mengangguk saja, dan melepas peluknya itu dan berjalan mendekat arah pintu UGD tersebut.

Tiba-tiba sosok dokter keluar dari ruangan tersebut, yang sontak membuat kaget seluruh orang yang sudah menunggunya.

"Gimana anak saya dok?." Tanya Herry yang sangat mengkhawatirkan anaknya.

Sang Dokter menghela nafas nya, dan membuka suara.
"Alhamdulillah anak bapak selamat dan baik-baik saja, anak bapak, anak yang hebat. Saya rasa benturan yang dialami anak bapak begitu kencang, sehingga kepalanya bisa bocor di bagian belakangnya. Namun, sekarang sudah baik-baik pak."

Mendengar kabar dari Dokter membuat senyuman dan kegembiraan sekaligus lega untuk Kedua Orang Tua Adzani, Ben, dan Teman-temannya.

"Terimakasih banyak dok, apa saya bisa menjenguk anak saya?." Tanya Luna.

"Tentu boleh Bu. Tapi Adzani sejak tadi memanggil nama Ben, saya mau dia dulu yang mengunjungi Adzani." Balas Dokter.

Luna, Herry sejenak menoleh ke arah Ben, lalu menyuruhnya untuk masuk.

"Yasudah, saya pamit keruangan saya dulu ya, kalau kondisi Adzani sudah membaik, saya akan memindahkannya ke ruang rawat Bu." Pamit Dokter.

###

Ben menggunakan pakaian steril khusus yang sudah disiapkan di ruang UGD tersebut, dan memakai penutup kelapa untuk rambutnya. Ia berjalan menghampiri Adzani yang sedang tidak sadarkan diri di kasur itu.

Senyuman itu terlukis indah di bibir Adzani, bahkan keadaan begini saja ia masih terlihat sangat cantik.

Berdiri disebelahnya, lalu Ben mengelus kepala Adzani.
"Hei sahabat gue, kata dokter lo manggilin gue ya?, ini gue udah ada di sebelah lo."

Perlahan-lahan tangan Adzani bergerak, matanya berusaha untuk membukanya.
Melihat itu semua, membuat Ben terkejut. Dengan perlahan ia membantu Adzani untuk sadar.
"Iya Za, gue disini."

Perlahan demi perlahan mata Adzani terbuka.

"Zaniii?." Panggil Ben.

Bibir Adzani tertarik ke atas dan mengukir senyuman, walaupun dibagian wajahnya ada alat bantu pernapasan.
Ben membuka pelan-pelan alat tersebut dari wajah Adzani, agar ia dengan leluasa untuk berbicara.

"Ben." Sapa Adzani.

Tangan Ben dengan cepat menggenggam tangan Adzani.
"Iya Za. Alhamdulillah lo udah sadar."

Senyum, dan Senyum yang dibalas oleh Adzani.

"Permisi Mas, saya akan memindahkan Mba Adzani keruangan perawat dulu ya." Ucap sang suster.

"Silahkan sus, makasih ya sus." Balas Ben.

Dengan di bantu oleh kedua petugas, Suster dan Ben mengantar Adzani keruangannya dan di ikuti oleh keluarga dan teman di belakangnya.

Mereka semua telah sampai di ruang rawat Adzani.

Luna dan Herry berjalan mendekati Adzani yang masih berada di atas tempat tidur itu.

"Hei anak Papa yang cantik." Sapa Herry kepada Adzani.

"Papa, Mama." Balas Adzani.

"Hei sayang." Luna mengelus lembut puncak rambut anaknya itu.

"Adzani baik-baik aja kok Ma, Pa. Jangan khawatir lagi ya." Ucap Adzani.

Kedua orangtuanya langsung memeluknya dan mencium kening Adzani. Dan kedua orangtua Ben hanya bisa tersenyum mendengar ucapan yang keluar dari mulut Adzani. Ia merasa sehat-sehat saja setelah ia mengalami kecelakaan kecil di sekolah tadi.

Ben mendekat kearah Adzani.

Dengan santainya, Ben langsung memeluk Adzani.
"Maafin gue ya Za, karna gue gak bisa jagain lo."

"Apaan sih Ben?, santai aja. Jugaan tadi kan namanya kecelakaan, gak ada yang tau kapan terjadi juga kan?." Saut Adzani.

Perlahan peluk itu merenggang, dan Ben mengelus lembut puncak rambut Adzani.
"Gue bakal selalu sama lo Za."

Adzani tersenyum, menunjukan deretan giginya yang putih dan memperlihatkan gigi gingsulnya yang menggemaskan itu.
"Iya Ben."

Senyuman itu kembali muncul.
Senyuman indah itu masih bisa kurasa sampai saat ini.
Senyuman manis itu masih hangat dihadapanku.
Terimakasih Tuhan, karna Engkau memberi kesempatan padanya untuk bisa tersenyum kembali.

Hai guys!!, Maaf banget banget yaaa, aku baru sempet publish part ini, soalnya sibuk banget. Jangan bosen buat nunggu part selanjutnya yaaaa!!.

Jangan lupa Vote, Follow dan Tambah ke Fav cerita kalian.

Maaf kalau part ini kelamaan di publish yaaa..

ENJOY GUYS!!💙💙

#MomentousPublisher #nineteenlove #benadzani

19 (Nine Teen Love)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang