5. Sepucuk Surat.

223 15 1
                                    

Ben sudah berlari mutarkan komplek rumahnya sepanjang 5km. Dia merasakan badannya sudah sangat lelah, dan memilih untuk balik kerumah dan istirahat.

Sesampainya di depan rumahnya, lagi dan lagi Ben melihat sosok perempuan mungil itu lagi duduk diatas di balkon rumah Gita sedang membaca majalah yang membuat seluruh wajahnya tertutup. Rumah perempuan itu disamping rumahnya, ya tetangga barunya.

Apa dia Kakaknya Gita ya?. Ciri-cirinya kayak perempuan yang ada di SMP Bineka. Atau cuma mirip aja ya? Tapi kenapa banyak banget perempuan yang badan dan ciri-cirinya kayak Adzani ya?. Batin Ben.

Akhirnya Ben memutuskan untuk berjalan memasuki rumahnya. Namun, langkah Ben dibuat terhenti dengan adanya kotak pink dengan pita pink lagi di teras rumahnya itu.

Ben menoleh ke kanan dan ke kiri melihat apakah ada seseorang disekitarnya. Ben tidak ada melihat siapa pun selain perempuan yang sedang duduk di balkon itu.

"Kotak ini lagi, gak bosen-bosen ini cewek ngasih gua beginian, bilangnya mau lari pagi di sekitaran rumah gue. Nyesel gua bangun pagi demi cewek gak jelas kayak lo!!." Amarah Ben.

Suara kerasnya itu membuat perempuan yang sedang duduk di balkon berpindah tempat, dan masuk kedalam kamarnya. Dan, Ben mengetahuinya itu.

Dengan rasa capek dan kesal Ben membawa masuk kotak tersebut kedalam rumah, dan segera menuju kamarnya tanpa memperdulikan orangtua nya yang sedang berada di ruang keluarga.

"Ben kamu kenapa?." Tanya Astrid.

"Nak, ada surat dari pos Papa simpen di kamar kamu." Saut Leo.

Tidak ada respon dari Ben. Dia tetap melanjutkan langkahnya untuk menaiki anak tangga menuju kamarnya.

"Dia kenapa ya Pa? Apa dia udah ketemu sama Adzani?." Tanya Astrid ke Leo.

"Papa gak tau juga Ma, kalau dia udah ketemu sama Adzani kan pasti bahagia, gak kesal kayak gitu Ma." Balas Leo.

"Iya juga sih Pa." Jawab Astrid.

###

Ben melempar kotak tersebut ke kasurnya, dan dia duduk di sofa dekat jendela rumahnya.

"Mau sampai kapan lo ngasih gua kotak kayak gitu?. Mau sampai kapan lo gak ngasih nama lo didalam surat yang lo buat?. Mau sampai berapa banyak kotak itu lo kirim kerumah atau kesekolah gua?. Kenapa harus kotak itu, kenapa gak ada sosok Adzani di hari bahagia gua?, gua cuma mau dia!!." Teriak Ben dengan rasa kesal.

Ben menyenderkan punggungnya merentangkan kaki dan tangannya di sofa itu. Lalu memilih untuk beristirahat.

Semakin lama mata Ben tidak kuat menahan ngantuk, dan Ben memilih untuk memejamkan matanya sebentar.

2 jam Ben tertidur di atas sofanya dengan pakaian yang ia pakai saat olahraga tadi pagi.
Ben menguletkan badannya dan melirik ke arah jam nya.
Sudah pukul 10.00 ternyata. Ben bangun dan duduk untuk mengumpulkan nyawanya yang belum terkumpul sepenuhnya.

Setelah merasakan nyawanya sudah terkumpul, dan kuat untuk berdiri, Ben membawa dirinya ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya itu.

###

Tok! Tok! Tok!

"Ben, ada telfon dari sekretaris osis sekolah kamu." Ujar Astrid yang masih mengekut pintu kamar anaknya itu.

"Bilang sama dia suruh telfon ke Ben aja Ma. Ben lagi ganti baju." Saut Ben yang masih didalam kamar tanpa membuka kan pintu untuk mamanya.

"Yasudah, kalau mau sarapan, makanannya ada di meja makan ya, kalau sayurnya di panci dapur." Saut Astrid.

19 (Nine Teen Love)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang