~Rafael~
Hari ini sepulang sekolah aku dan Andrea akan mengerjakan presentasi biologi di rumahku dan aku sangat-sangat menunggu waktu pulang sekolah. Walaupun aku masih sedikit kesal dengannya akibat kejadian hari sabtu dengan cowok-cowok menyebalkan itu.
Aku masih tidak mengerti mengapa Andrea yang anti sosial itu dapat percaya dengan orang asing dan langsung berteman. Sementara denganku yang jelas-jelas teman sekelasnya dan tidak mungkin berbuat jahat kepadanya, memerlukan waktu lebih dari seminggu untuk dekat dengannya. Ini sangat membuatku kesal.
"Selamat pagi anak-anak." Sapa Ibu Vero guru matematika kami, membuyarkan lamunanku. Aku langsung menyiapkan teman-temanku untuk mengucapkan salam kepadanya dan kelas pun dimulai.
Setelah semua pelajaran selesai dengan sangat-sangat lama. Waktunya untuk pulang ke rumah! Akhirnya waktu yang kutunggu-tunggu datang juga, aku akan bersama Andrea dengan waktu yang cukup lama.
"Raf. Maaf kayaknya kerja kelompoknya dibatalin... Aku ada urusan soalnya." Kata Andrea secara tiba-tiba membuatku kecewa.
"Hmmh... Ya udah besok aja, sekalian mencari bahan buat presentasi. Kita masih belum tahu mau bahas apakan." Sahutku.
"Okay! Thanks Raf!" Sahutnya dengan senang dan langsung berlari keluar kelas. Tidak biasanya Drea berlari keluar dengan bergegas seperti itu.
"Hey Rev, kau tidak jadi pergi dengan Andre kan?" Tanya Alex.
"Temani aku membeli buku untuk belajar gitar ya.." Pinta Tio.
"Sejak kapan kau tertarik dengan musik?" Tanyaku.
"Sejak Alex memamerkan kemampuan gitarnya di instagram dan mendapatkan banyak like." Seru Tio, aku hanya memutar mataku untuk menanggapinya.
"Rev ayo ikut, aku tak mau menjadi satu-satunya orang yang waras." Kata Aldo membuat Alex dan Tio berdecak kesal. Aku tertawa melihat tingkah teman-temanku.
"Haha.. Baiklah." Seruku membuat senyum Aldo merekah.
Kami langsung keluar dari lingkungan sekolah, namun bukannya langsung pergi ke Gramedia kita malah berkumpul di cafe dekat sekolah. Sekolah kami berada di pusat kota sehingga banyak sekali mall-mall dan cafe-cafe yang berada dekat dengan sekolah kami.
Setelah selasai nongkrong di cafe, kami melanjutkan perjalanan ke gramedia yang ada di mall. Karena jaraknya yang cukup dekat kami memutuskan untuk berjalanan kaki. Saat di jalan aku melihat seseorang gadis yang berusaha untuk melawan seorang 'om-om', yang kuyakini adalah seorang hidung belang.
Aku dan Aldo langsung mendekati gadis yang terpojok di gang-gang sementara Alex dan Tio hanya ikut berlari tanpa berniat untuk menolong.
Gadis itu memakai seragam SMA dan sepertinya dia seumuran dengan kami karena tubuhnya yang pendek. Dia memakai jaket berhoodie berwarna abu-abu dan langsung kusadari bahwa itu adalah Andrea dari hoodie kucingnya itu. Aku meningkatkan kecepatan lariku dan langsung memukul si om-om itu. Andrea berteriak saat aku memukul om-om itu.
"Hei apa yang kau lakukan!" Teriaknya marah membuatku bingung. Dia langsung menolong om-om yang terjatuh akibat pukulanku.
"Ada apa denganmu?! Kenapa kau membantunya!" Teriakku bingung.
"Tentu saja! Dia ayahku kenapa kau memukulnya?" Jawabnya dengan emosi. Baiklah aku menghancurkan pertemuan pertamaku dengan ayahnya Andrea dan sekarang aku berharap agar aku bisa mati di tempat. Mendengar omongan Andrea, Alex, Aldo, dan Tio pun tertawa terbahak-bahak.
"Maafkan saya om, saya kira Andrea dalam bahaya." Kataku dengan penuh penyesalan. Ayah Andrea pun tertawa perlahan menanggapiku.
"Tidak apa-apa. Lagian bukan salah kamu." Katanya dengan lembut. Aku terdiam melihat ayahnya Andrea, aku harap mempunyai ayah seperti dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Prolog✓
Teen Fiction"Apa yang kau mau?" Tanyanya. "Tidak ada." Jawabku singkat. "Lalu kenapa seharian ini kau seperti berusaha mendekatiku?" Tanyanya dengan curiga. "Karena aku penasaran denganmu." "Bisakah kau tidak menggangguku dan membiarkanku menikmati ketenangan?"...