Chapter 35~Mine

163 18 0
                                    

~Rafael ~

Saat ini aku sedang mendampingi Drea menuju kamarnya. Akibat tingkahnya, tanpa disengaja aku menumpahkan minuman coklatku ke bajunya. Untung saja aku memesan coklat hangat dan bukannya panas, jika panas aku yakin sekarang kulitnya memerah dan dirinya akan semakin bertambah marah kepadaku. Aku masih tidak bisa menyangka bahwa Drea akan dengan cepat memaafkanku. Saat ini aku menahan diriku sekuat tenaga untuk tidak memeluknya. Aku sangat merindukannya.

Saat dirinya mengatakan bahwa ia juga merindukanku aku tidak dapat mempercayainya, bahkan dirinya memintaku untuk tidak lagi meninggalkannya dengan mata yang berkaca-kaca. Bagaimana bisa ada manusia yang sangat imut seperti dirinya? She's so adorable. Rasanya aku ingin mengurungnya di kamar dan tidak akan pernah kuizinkan untuk pergi keluar. Aku tidak rela membaginya dengan dunia ini.

"Raf.. Kau mau menunggu di dalam kamar atau di luar?" Tanyanya saat kami sudah sampai di depan pintu kamarnya.

"Akan lebih baik jika aku masuk ke dalam." Jawabku dan dibalas oleh anggukan darinya dan segera memasuki kamarnya.

Kamarnya tidak jauh berbeda dari kamarku, hanya saja di sini terlihat lebih rapih. Terlihat sangat jelas jika teman sekamarnya sangat menyukai kebersihan. Aku melihat salah satu tempat tidur di paling kiri dekat dengan tembok dan membaringkan diriku di sana. Bublegum, wangi dirinya yang sangat kusukai dan sekarang dengan jelas aku mengetahui bahwa ini adalah kasurnya. Aku tersenyum puas dan segera mendekap bantalnya dan menghirupnya kuat-kuat. Creepy? Yes.. if anyone see me like this. But I don't mind it 'cuz I really miss her scent.

Aku menunggu sambil mendekap kuat bantalnya dan menutup mataku membayangkan saat-saat kita bersama. Mulai dari saat ini apapun yang terjadi aku tidak akan pernah memutuskan untuk pergi menjauh dari dirinya lagi, bahkan mungkin sepulang dari sini aku akan membuatnya menjadi miliku. Aku tidak akan bisa bertahan lama tanpa membuatnya menjadi miliku, dengan begitu aku akan tenang dan dapat mendekapnya sesukaku.

Tiba-tiba saja dirinya keluar dari kamar mandi dengan menyeret tubuhnya yang berada di lantai. Aku yang kaget dengan pemandangan ini segera bangkit dari tempat tidurku mendekatinya dan segera mengendongnya dan mendudukannya di atas tempat tidur.

"Ehm.. Thanks Raf." Serunya sambil mengeringkan kakinya dengan handuk.

Aku memperhatikan dirinya dan segera mengamati kakinya dengan lekat-lekat. Aku terkejut dengan luka-luka yang tergores hampir di seluruh kakinya. Sepertinya masih banyak hal yang belum kuketahui tentangnya. Luka yang terletak di kakinya terlihat begitu jelas. Aku yakin sebelum luka itu mengering pasti sesuatu menusuk kakinya dengan sangat dalam. Tanpa kusadari tanganku bergerak sendiri menyentuh setiap luka yang ada.

"Kau seharusnya tidak menyentuhnya Raf. Kakiku terlihat sangat menjijikan." Serunya berbisik sambil melihat kakinya dengan pandangan jijik.

Aku tidak menyukai dirinya yang berpikiran seperti itu. Sepertinya hingga saat ini dia masih merendahkan dirinya sendiri dan sama sekali tidak menyadari betapa cantik dan berharganya seorang Andrea yang kusuka. Aku segera menangkupkan kedua tanganku di mukanya dan memaksanya untuk melihat ke arahku.

"Jangan pernah berkata seperti itu lagi. Mengerti?" Seruku lembut dan hanya dijawabnya dengan anggukan kecil namun aku masih dapat melihat pandangannya yang membenci dirinya sendiri.

"Kau tidak boleh merendahkan dirimu seperti itu. Kau tahu bahwa kau adalah salah satu orang terhebat yang pernah aku temui. Aku tidak peduli dengan luka yang ada di kakimu, aku tahu kau mempunyai kepribadian yang kuat dan hebat. And it's mean more than anything." Kataku dengan sungguh-sungguh. Sekali lagi dirinya hanya menganggukan kepalanya dan memberikan senyum lemah kepadaku. Ingin sekali aku memuji dirinya dan mendekapnya namun aku tidak bisa. Tidak sekarang. Namun pasti, aku akan bisa melakukan semua yang aku bisa lakukan untuk membuatnya senang.

Prolog✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang