~Andrea ~
Sudah beberapa bulan semenjak aku resmi menjadi kekasih Rafa. Sampai saat ini aku masih tidak menyangka jika semua ini benar terjadi. Hari ini adalah hari yang spesial bagiku, terutama untuk Rafa. Tepat pada hari ini dirinya genap berusia 17 tahun. Kedua orang tua Rafa merencanakan untuk mengadakan pesta ulang tahun untuknya nanti malam. Namun Rafa berencana untuk meninggalkan pesta bersamaku. Sudah sedari tadi dirinya membujukku untuk kabur saat acara tersebut dimulai. Dia begitu membenci pesta ulang tahunnya.
"Ayolah Dre. Untukku....." Pinta Rafa masih memohon dari telepon. Saat ini dirinya sedang di bawa oleh ke dua orang tuanya untuk mempersiapkan pesta nanti malam.
"Sudah berapa kali aku bilang Raf. Aku tidak akan merubah jawabanku!" Seruku kesal. Walaupun begitu dirinya masih terus saja merengek seperti bayi besar.
"Hufft! Baiklah. Akan kulakukan kemauanmu. Namun sehabis itu kau harus memberikan sesuatu sebagai balasannya." Desaknya. Pada akhirnya aku harus menyerah kepada dirinya. Dia benar-benar seperti seorang bayi besar yang keinginannya harus diikuti.
"Baiklah-baiklah. Terserah dirimu saja!" Balasku pasrah, aku bisa membayangkan saat ini Rafa tersenyum puas mendengar jawabanku. Aku mendengar beberapa pertengkaran kecil antara Rafa dan juga ibunya.
"Bye bubblegum. Aku harus menangani mom." Serunya sebelum mematikan sambungan.
Belakangan ini Rafa selalu memanggilku bubblegum. Setiap dirinya memanggil bubblegum, entah mengapa perutku rasanya seperti dihinggapi beribu kupu-kupu. Terdengar aneh, namun itu nyata! Aku sempat berpikir untuk memberikannya nama panggilan. Aku ingin dirinya merasakan perasaan yang sama saat aku memanggilnya dengan nama panggilan. Namun aku sama sekali tidak dapat menemukan nama panggilan yang cocok untuknya.
Aku menggelengkan kepalaku pelan sambil tersenyum mengingat tingkah laku Rafa tadi. Dirinya membangunkanku dari tidur nyenyak, hanya untuk memintaku kabur dari pesta ulang tahunnya. Such a weird boy. Aku bersiap turun dari tempat tidurku dan mendorong kursi roda menuju kamar mandi. Sebentar lagi Kyla akan datang kemari untuk bersiap-siap menuju pesta. Dirinya meyakinkanku untuk tampil cantik dengan menggunakan gaun. Dia akan marah besar jika menemukanku belum beranjak dari tempat tidur.
Dua hari yang lalu saat aku dan Kyla berbelanja gaun untuk ke pesta, aku memanfaatkannya untuk mencari hadiah yang pantas untuk Rafa. Aku hampir menghabiskan waktu mengelilingi mall hanya untuk mencari hadiah ulang tahun yang pantas untuknya. Ini pertama kalinya aku membelikan hadiah untuk teman laki-laki sekaligus pacarku. Biasanya aku hanya membeli kaset game terbaru untuk kakak. Namun kali ini aku ingin membelikan sesuatu yang spesial untuk Rafa. Sesuatu yang tidak akan pernah dilupakannya seumur hidup.
Entah mengapa pilihanku jatuh kepada sebuah cincin hitam polos dengan sebuah ukiran R.A di dalamnya. Aku tahu jika memberikan cincin kepada seorang pria terdengar sedikit aneh, namun entah mengapa aku ingin Rafa mempunyai suatu benda yang mengingatkannya mengenai diriku. Kupikir cincin merupakan hal yang bagus, karena setiap hari dirinya akan melihatnya di tangan.
Setelah selesai mandi, aku keluar dari kamarku untuk sarapan. Aku sedikit terkejut saat melihat Kyla yang sedang sarapan bersama-sama dengan keluargaku. Biasanya dirinya akan langsung masuk ke dalam kamarku. Saat Kyla menyadari keberadaanku dirinya langsung melambai dengan senyum di wajahnya dan hal itu menarik perhatian yang lain. Dengan perlahan aku menggerakan kursi rodaku untuk duduk tepat di sebelah Kyla. Sebuah telur mata sapi dan nasi goreng sudah tersedia di meja makan. Aku mulai memakannya dengan perlahan sambil mengamati percakapan antara papa dan mama.
"Kau sudah siap untuk malam ini?" Tanya Kyla sambil berbisik. Aku yang sedari tadi menatap kedua orangtuaku menolehkan mukaku ke arahnya. Aku menganggukan kepalaku untuk menjawab pertanyaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Prolog✓
Teen Fiction"Apa yang kau mau?" Tanyanya. "Tidak ada." Jawabku singkat. "Lalu kenapa seharian ini kau seperti berusaha mendekatiku?" Tanyanya dengan curiga. "Karena aku penasaran denganmu." "Bisakah kau tidak menggangguku dan membiarkanku menikmati ketenangan?"...